Minggu, 28 Oktober 2012

What the future will bring

beberapa hari yang lalu, kira-kira saat sedang kuliah di siang hari, aku duduk di bangku paling belakang, di dekat colokan listrik sambil men-charge handphone ku yang low batt. aku sedang memperhatikan penjelasan dosen sambil sesekali memberhatikan handphoneku, menanti kabar dalam bentuk sms, email ataupun bbm dari kolegaku yang jauh disana mengenai sesuatu yang penting.

tak lama kemudian salah seorang teman sekelasku datang agak terlambat. namanya bayu, tapi kami memanggilnya mas bay karena ia lebih tua dari kami.

siang itu mas bay datang terlambat, namun karena tidak ada lagi kursi yang kosong jadilah ia duduk disebelahku. awalnya baik-baik saja. aku dan bang bayu sama-sama memperhatikan penjelasan dosen. namun tiba-tiba ada sesuatu yang berkecamuk dalam pikiranku, sesuatu yang dulu sempat membuatku bertanya-tanya tanpa tahu jawabannya. sesuatu tentang rumah, desain rumah, dan arsitektur.

FYI, mas bay ini dulunya satu SD, SMP, dan SMA sama bang fairuz, saudaraku. sebenarnya mas bay ini angkatan 2007 di fakultas teknik jurusan arsitektur, namun kemudian ia kuliah di psikologi dan tidak melanjutkan studi arsitekturnya.

karena kebetulan mas bay mengerti tentang arsitektur, jadi aku tanyakan langsung pada mas bay dan pertanyaanku dijawab dengan lengkap selengkap-lengkapnya oleh mas bay, sampai-sampai pertanyaannya ngawur ke masalah teknik sipil, elektro, dll.

jujur, dulunya aku ingin sekali kuliah di jurusan arsitektur. aku suka menggambar dan mendesain. tapi karena orang tuaku mengharuskan aku untuk mengambil pilihan pendidikan dokter saat mengikuti UMB dan SNMPTN, maka aku harus mempertimbangkan lagi untuk mengambil jurusan arsitektur.

waktu UMB, aku mengambil IPC, yang mana harus memilih 4 pilihan jurusan dari minimal 2 universitas. jadilah pilihan yang aku ambil adalah pendidikan dokter unsyiah, psikologi unsyiah, dan dua jurusan lain di USU. ternyata yang lewat di psikologi unsyiah.

sedangkan waktu SNMPTN aku juga ngambil IPC dan memilih pendidikan dokter (lagi!), hukum unsyiah, dan FKIP bahasa inggris. kemudian lewat di hukum.

saat itu aku harus memilih: psikologi atau hukum? dan akhirnya aku memilih psikologi dengan pertimbangan bahwa psikologi masih baru di aceh, otomatis akan lebih mudah prospek kedepannya.

awal kuliah di psikologi, rasanya agak bosan. pelajarannya mirip filsafat, yaitu apa itu berpikir, bagaimana hakikat jiwa manusia, apa itu pengetahuan, gangguan jiwa, stress, dan berbagai teori2 yang harus ditelan bulat-bulat. pada saat itu, masih ada keinginan untuk kuliah di arsitek..

akhirnya aku menemukan kecintaanku terhadap psikologi saat semester 4. aku merasa bahwa memahami manusia dan perilakunya itu menarik. unik. aku mulai suka mengobservasi orang-orang yang aku temui di halte, bus, labi-labi, pasar, dimanapun.. tidak terlalu terlambat untuk mulai mencintai apa yang sedang aku jalani sekarang. aku percaya Tuhan menempatkan aku di psikologi bukanlah suatu kebetulan, pasti ada alasan tertentu...

kembali ke aku dan mas bay..

setelah mas bay menjelaskan tentang dunia teknik, akupun bertanya:

"abis lulus S1 ini mas bay mau ngapain?"

kemudian mas bay jawab: "aku mau ngelanjut kuliah, cip."

"S2? kemana mas?"
"rencana mau ke Thailand, ngambil tentang psikologi lingkungan.."
"oh, bagus tuh!" ujarku.

"Cipa sendiri mau ngapain abis kuliah?" mas bay balas bertanya..

aku pun diam sejenak.

"ga tau juga mas. pengennya sih lanjut S2 juga, tapi kalo biaya sendiri gak sanggup."
"cari beasiswa aja.."
"iya, ini makanya tiap semester dipertahankan IP nya biar IPK nya bisa diatas 3,2.."
"pengennya ngambil kemana?"
"kalo di indonesia sih pengennya ke UGM atau UI. tapi kalo di luar negeri sih pengennya ke Jerman, tapi untuk jurusan Psikologi, pemerintah Aceh belum buka hubungan dengan Jerman. Ya, palingan yang udah ada di Malaysia sama Taiwan.."

kemudian aku dan mas bay saling sharing tentang profesi di bidang psikologi. aku bilang padanya aku tertarik pada bidang psikologi kebencanaan, karena bagiku menarik untuk mempelajari bencana, sebab indonesia adalah daerah yang rawan bencana. selain itu juga karena psikologi bencana ini sangat jarang ada orang yang tertarik di bidang ini, dan karena sejak kecil dulu aku selalu tertarik dan memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap bidang geografi, tentang bumi dan segala fakta dan fenomenanya yang menarik, maka aku rasa bidang kebencanaan adalah sesuatu yang menarik untuk dipelajari.

selain itu aku juga tertarik dengan psikologi kesehatan. psikologi kesehatan disini lebih kepada upaya promotif, preventif terhadap isu-isu kesehatan dan membuat program pemberdayaan masyarakat. aku suka pekerjaan-pekerjaan seperti itu. tidak suka dengan pekerjaan yang terlalu klinis dan berpusat pada gangguan-gangguan.

ya. aku punya banyak impian. tapu aku nggak tau apa yang harus aku lakukan setelah wisuda.. aku nggak mau nganggur, tapi aku juga gak tau apa yang harus dikerjakan..

beberapa teman memutuskan untuk menikah setelah tamat kuliah.
aku? langsung menikah?
pertama, calonnya belum ada.
kedua, sebelum menikah aku ingin membantu keuangan keluarga dengan cara membiayai kebutuhan ibu dan adikku dengan uangku sendiri
tidak bagus rasanya jika aku se-egois itu..

mau kuliah?
harus tunggu beasiswa..

mau kerja?
saat ini sudah semester 7 dan belum bekerja..

orang-orang banyak berprinsip biarkan hidup berjalan seperti air mengalir..

aku memiliki prinsip yang berbeda. menurutku, coba lihat air di sungai yang ada ikannya. yang mengikuti aliran air sungai adalah ikan yang mati. karena ia sudah mati, tak berdaya, sehingga mudah untuk dibawa arus.

aku tidak mau menjadi ikan mati.
aku mau jadi ikan yang hidup, ikan kuat, ikan yang berenang melawan arus..

aku pasti punya masa depan yang cerah!