Senin, 27 Februari 2012

Sebuah Kisah Tentang Beliau

seharian ini aku disibukkan dengan kuliah dan mengurusi asuransi credit card alm ayahku.. agak ribet sih berurusan sama pihak asuransi, pihak bank, dan juga harus melihat form yg isinya pertanyaan2 yang aneh itu..

kemudian dari situ lahirlah berbagai cerita...

ketika masih tinggal di Manado, ayah punya 5 (atau lebih) credit card yang tiap belanja gonta-ganti make nya.. Alhamdulillah selama tinggal disana diberi banyak kemudahan sama Allah SWT, sehingga dapat menikmati segalanya..

aku tanya sama mama, "kok bisa melimpah kali rejeki kita disana?"

kata mama: "itu karena ayah ke (kamu), pemurah, dermawan, suka bagi2 rejeki sama pegawai2 lain.."

"maksudnya?"


"gini, diantara bidang2  lain yang ada di kantor, bidangnya Ayah yang paling banyak kerjaan, paling banyak duit masuk.."

"duit masuk dari mana? dari dinas?"

"iya. pegawai lain dari bidang Tata Usaha (TU) kan paling banyak yg nganggur, jadi kalo ada dinas gitu Ayah suka ajak mereka juga. mereka senang karena dapat duit dari dinas2 itu. mereka senang semua sama Ayah karena Ayah suka bagi2 rejeki sama mereka. Ayah udah kayak atasan nya mereka sendiri, padahal Ayah kabid di bidang lain.."

"kalo kita baek sama orang, bisa menghindari kecemburuan sosial.. semua orang suka sama Ayah, buktinya waktu perpisahan kita pindah, orang2 pada nangis, sampe ibu2 ada bikin group vokal, ada yg baca puisi.. acara perpisahan kita lebih meriah dari pada acara perpisahannya Kaper (kepala perwakilan). orang disana sampe nangis2 dan pengen Ayah balik lagi ke Manado untuk jadi Kaper di sana.."

"ayah itu orangnya pendiam, ga sombong.. walaupun OB, sekuriti, atau sama pegawai2 bawahan lain Ayah tetep menghargai, tetap dibantu dan diajak ngobrol sama Ayah.. itulah ya kalo kita baek sama orang lain, dimudahkan semua jalan kita sama Allah, kalo kita rajin sedekah, banyak berbagi, dilipatgandakan rejeki kita sama Allah.."

kadang Ayahku punya sesuatu tapi kaminya suka ga tau, termasuk mamaku.. sampai tadi ketika membuka file2 penting, kami malah terkaget2, ternyata ayah punya saham di salah satu perusahaannya B.J Habibie yang Ayah beli pada tahun 90-an, sebelum Habibie menjadi presiden RI.. dan mama ga pernah tau tentang itu. ayah ga pernah cerita.

kemudian mamaku menambahkan:

"ini ya, aku kasih tau sama ke apa aja harta peninggalan aku sama Ayah.. entah nanti aku pendek umur, setidaknya ke tau. ada bla bla di bla bla bla bla...."

"itu harta jangan sampe gara2 itu kalian beradek2 jadi berantam. jangan tiru yang lain2 itu yg gara2 harta hilang persaudaraan. ini peninggalan dari kami digunakan baek2, untuk pendidikan, sekolah setinggi2 mungkin. untuk apa kita harta banyak2, yang penting punya ilmu.. kalo masalah harta untuk memperkaya diri masing2, itu urusan kalian lah. kalian cari masing2.."

***

ayahku bukanlah dari keluarga kaya raya. ayahku sejak kecil dibiasakan hidup sederhana. nenekku adalah seorang guru, sedangkan kakekku hanyalah seorang pegawai pos biasa. ayah telah terbiasa hidup susah sejak masih kecil. untuk menuju sekolah, ayah harus bangun pagi2, membantu nenek menyuci dan menyiapkan makanan, dan kemudian menempuh jarak puluhan kilometer dengan mengayuh sepeda butut utuk mencapai sekolah.

ayahku adalah orang yang cemerlang disekolah.. selalu dapat peringkat pertama di kelas, namun tetap rendah hati.. dari berbagai orang yang aku lihat, Ayahku adalah orang yang benar2 mampu mengkombinasikan kemampuan IQ, EQ, dan SQ nya.. tak heran mengapa beliau dapat meraih kesuksesan di usia muda.


aku ngeliat, ayahku itu memang orang yang bener2 rapi, detail, dan teliti.. setiap pemasukan dan pengeluarannya per bulan selalu beliau catat..
ayah selalu menyimpan struk/ bon pembelian di dalam dompetnya..
beliau adalah seorang hardworker dan pemimpin yang baik..

ketika mama menikah dengan Ayah, mama ga perlu merasakan sulitnya hidup berumah tangga. karena ketika menikah, Ayah sudah memiliki penghasilan tetap sebagai pegawai pemerintah pusat. dan mama hidup di kota besar, bergaul dengan orang2 dari berbagai daerah, belajar banyak dari teman2nya yang berasal dari berbagai daerah..

tidak hanya mama, tapi aku dan adik2 juga merasakan hal yang sama. ikut menikmati hasil keringat Ayah..

secara pribadi,

sejak kecil kedua orang tuaku sangat memanjakan aku. dari umur tiga tahun mereka telah mengasah bakatku.
aku diikutkan dalam sekolah menggambar untuk merangsang kemampuan motorik, kreativitas dan daya imajinasiku.

ketika masuk usia SD aku dibelikan piano, keyboard dan alat musik lainnya.. agar aku dan adik2ku pintar bermusik..

sejak SD ayah mengajarkanku bahasa Inggris, memasukkanku dalam berbagai kursus keterampilan, membelikanku berbagai macam buku pelajaran, buku pengetahuan umum, peralatan melukis, peralatan menggambar, berbagai CD edukasi, perangkat pembelajaran, dan lain sebagainya.

selain itu mama mengajarkan berbagai macam seni rupa seperti menjahit, menyulam, merajut, membuat kerajinan tangan, dll.

orang tua ku ingin aku menjadi anak yang serba bisa..

sejak kecil aku telah diberikan berbagai fasilitas yang (bisa dikatakan) terlalu mewah untuk anak seusiaku..

sejak kelas satu SMP (tahun 2003) aku udah punya HP sendiri, hadiah ulang tahun.. dimana pada jaman itu, HP merupakan barang mewah dan langka, ga semua orang punya.. dan aku menggunakan provider kelas atas di Indonesia: Kartu Halo, yang jaman itu tarifnya super duper mahal kalo dibandingkan sama tarifnya sekarang.. tiap bulan tagihan kartu halo ku mencapai jutaan rupiah..

aku udah ngerasain nikmatnya menggunakan berbagai macam kartu kredit, beli apa aja tinggal geseeeeeekk...
aku mendapatkan itu ketika umurku masih 15 tahun, sekitar kelas satu SMA..

dan pada usia yang sama, aku telah dibebaskan untuk beberapa kali jalan2 seorang diri dari Indonesia bagian timur ke Indonesia bagian barat HANYA SEORANG DIRI..
menikmati fasilitas eksklusif di airport lounge bagi pemegang credit card tertentu dan ga perlu berada di waiting room yang membosankan..

aku udah ngerasain asiknya nginap dan liburan di hotel internasional yang kelasnya bintang lima ke atas, swimming di kolam renang hotel berbintang, mengikuti jamuan makan malam, dan dengan segala kemewahan yang ditawarkannya..

aku udah pernah rasa yang namanya gonta ganti hape terbaru dari berbagai merek terkenal,

udah rasa yang namanya tiap liburan pasti jalan2 keluar kota dan berwisata ke tempat2 asik..

udah rasa yang namanya mejeng di mall2 tiap pulang sekolah n tiap weekend.,
tiap hari ada supir khusus untuk antar-jemput aku dan adikku ke sekolah..


dan semua itu aku rasain bukan saat aku tinggal di 'kota kecil' Banda Aceh ini.. tapi di sebuah kota metropolitan yang kalo dibandingkan dengan banda aceh dan medan, banda aceh dan medan ini ga ada apa2nya..

bahkan aku heran sama orang2 sombong di banda Aceh ini..
hello, masih dalam ruang lingkup banda aceh, kota kecil ini aja kok sombong?


walaupun begitu, aku ngerasainnya biasa aja.. ga sedikitpun aku sombong atau sok elit di hadapan teman2ku..
aku tetep Silfana yg mereka kenal, yang sering kemana2 berpanas2an naik angkot sama temen2 semua..
bahkan sampai sekarang pun aku masih sering naik angkot dan naik damri..
aku suka mengamati perilaku orang2 di angkutan umum..
aku suka keramahan bapak kondektur damri yang biasa aku temui..

for some reasons, ayahku ga mengizinkan aku untuk membeli motor. dan aku turuti sampai sekarang.
jadi ya kemana2 aku naik angkot atau nebeng sama temen..

aku inget ayahku pernah bilang bahwa ayah sengaja ingin aku capek, panas-panasan dalam berjuang (sekolah, kuliah). ayah dulu juga gitu, capek kuliah-pulang. seperti kata pepatah: bersakit2 dahulu, bersenang2 kemudian. ayah ingin aku ngerasain yang susah2 dulu, berjuang dulu, panas2an dulu. ayah yakin, Allah menghitung setiap jerih payah yg kita lakukan dan kemudian akan membalasnya dengan sesuatu yang berbuah manis kemudian. seperti yang Ayah rasa.

aku udah lewatin masa2 itu semua.. dan aku bersyukur pernah ada disana...
jadi bagiku bukan masanya lagi buat nikmatin hasil keringat ayahku..

udah cukup bagiku merasakan segala kemewahan yang dulu pernah kurasa, yang ga mungkin kuceritakan semuanya secara rinci disini..
udah cukup masanya bagiku untuk disegani karena aku anak 'siapa'..

sekarang masanya aku berusaha untuk mengembalikan semua keadaan agar seindah dulu..
sekarang masanya aku berusaha  biar mamaku, adik2ku dan keluargaku nantinya dapat merasakan kembali hidup enak kita dulu..

aku pengen kayak ayah, meskipun telah terkenal oleh rekan2 se-profesi se-indonesia, namun tetap rendah hati..
aku pengen kayak ayah, meskipun punya jabatan yg cukup penting, tapi masih tetap mengayomi para pekerja bawahan seperti OB, sekuriti, dll..
aku pengen kayak ayah, meskipun dekat dengan para pejabat dan petinggi daerah, namun tidak gentar: yang salah tetap salah, yang benar tetap benar..

aku kangen kesederhanaan ayah,
aku kangen cara ayah mendidik kami..

aku merindukan masa dimana kita pergi shalat maghrib bersama, melewati parit2 disekitar komplek yang gelap gulita hanya demi bisa tiba di mesjid..

aku rindu masa dimana kita shalat tarawih berjamaah di rumah dengan ayah sebagai imamnya.. dan kemudian kita mengakhiri shalat dengan syahdunya ritual salam-salaman..

aku rindu saat setiap malam kita ada di ranjang yang sama: aku, ayah, mama, dan adik2 berbaring di ranjang besar di kamar mama, bercanda, hingga kemudian kembali ke kamar masing2 untuk tidur..

aku rindu ayah mengantarkanku setiap pagi ke kampus sambilan ayah pergi ke kantor dengan mobil dinas..

aku rindu mengantarkan ayah ke bandara untuk pergi dinas: entah itu ke Jakarta, Bandung, Bogor, Semarang, dll..

kemudian menghitung hari kapan ayah akan kembali...

setiap Ayah kembali ayah pasti membawakan sesuatu yang selalu jadi kesukaanku: Dunkin Donut berkotak2!
ayah selalu tahu apa yang aku sukai...

dan kini, ketika Ayah telah tiada, rumah rasanya sepi..
hanya kami bertiga: aku, mama, dan Farras..

dan kini, setiap aku melihat ke lantai bawah, selalu terbayang suasana dulu, dan berharap ayah ada di sana dan keluar dari kamar untuk makan malam sambi nonton siaran di TV One..

setiap pagi aku hendak berangkat ke kampus, selalu berharap ada ayah sedang duduk di ruang tamu sambil membaca koran, menungguiku memakai sepatu..

banyak cerita tentang ayah.. banyak kenangan yang tak terlupakan..
semua kenangan adalah kenangan yang indah, yang ketika dikenang ada rasa sedih, dan juga senang karena pernah ada disana, menjalani hidup kita yang begitu indah..

dan kini, setelah ayah pergi, aku mencoba untuk berdamai dengan diriku sendiri, mencoba berdamai dengan perasaanku..

aku tanamkan dalam pikiranku: "Anggap saja sekarang ini ayah lagi pergi dinas.. ga usah dihitung berapa lama lagi Ayah akan kembali.. Untuk dinas kali ini, ketika Ayah pergi, mungkin ayah lupa kasih tahu kapan ayah akan kembali.. dan semoga ketika Ayah kembali nantinya, selain membawa setumpuk baju kotor, ayah juga akan membawa beberapa kotak Donut lezat dengan aneka rasa yang akan kita nikmati bersama.."


We Love You, Daddy.. Always.. :)