Sabtu, 17 Desember 2011

Curhatan untuk Silfana

ini copas dari email yaaa.. :)

**************************************


Silfana,

Main pura-puraan yuk ;-)


Silfana pinjem tas temen-temennya
taruh diatas lapak atau karpet gitu..
trus duduk yang lamaaaa gitu,
kali ini pura-pura lagi nungguin jualan.


atau,


ambil kantong plastik sekitar 10 biji
masing-masing isi dengan bata 1 biji aja
lalu, sangkutin di kayu panjang,
5 dikiri
5 dikanan
habis itu, angkat deh kayunya dipundak gitu
dibawa jalan keliling kompleks,
tiga puteraan ajaa :p


Gimana rasanya?


Atau, paling ga
(kalo emang ga nyobain hehe)...


gimana kira-kira rasanya menghayal melakukan dua hal ini?
takut? malu? deg-degan? capek?




Silfana,
Sambil nulis ini... saya lagi nahan-nahanin airmata terus...
Karena baruuuuu aja ngerasa diingetin sama Yang Atas.




Tadi pulang sekolah, sambil nyetir,
saya lagi ngebayangin mau punya cincin baru
yang baru selese dibikinin temen di toko multiplynya.
Rasanya ga sabaaar banget nungguin bonus Ori ditransfer
biar cepet-cepet bayar...


Sambil ngayal gitu...
jalanan agak macet...tiba-tiba..
ngeliat ada bapak-bapak setengah baya gitu..
berenti dipinggir jalan...
mukanya kesakitan :(


Persis pas mobil ngelewatin...
saya bisa ngeliat dengan jelas, blio bawa ember ditangan kiri.
isinya, sarang lebah.


ditangan kanannya,
blio bawa 1 botol madu yang sebetulnya terlihat ringan
ngga tau kenapa terlihat begitu berat dibawanya.


Tapiii....


I will not forget his face.
kayak yang kesakitaaaann gituu :(


Momen itu...saya langsung nge- gas mobil..
menjauh...kayak ada rasa bersalah
kenapa??
karena saya baru mikir akan ngeluarin ratusan ribu
untuk beli cincin!!


hiks...


Iyaaa Silfana, rasanya bersalaaaahh bangettt.
Saat itu dipikiran...langsung merasa malu.


Duh Ya Allah, saat ini...
saya dikasih sebuah kerjaan yang enak banget.
Yang bisa saya lakukan tanpa perlu bawa barang kepanasan.
tanpa perlu duduk diam lama ditengah terik matahari
-- dilewatin orang begitu aja.
tanpa perlu menahan sakit atau lapar atau haus ;(
tanpa perlu menahan bau seperti layaknya pemulung
tanpa perlu berdesak-desakan diantara kerumunan orang


and yet...


Saya masih ada diposisi yang masih suka ngeluh,
masih keluar marah-marahnya,
ga sabarannya...
dan saat udah dikasih rejeki lebih...
malah upgrading untuk hal-hal yang ga perlu :(




maksudnya mau cerita ini...
ga macem-macem kok Silfana...
Ngerasa habis dijewer sama Yang Atas...


Pengen ngajakin Silfana
untuk mensyukuri posisi kita saat ini.
mau ada di level berapapun kita
atau belum sama sekali?


Jangan langsung menyerah yaa?
Pasti ga mudah :(


Ditolak...takut malu..gengsi...
Gagal target..jadi sedih...
Diremehin donlen...
diremehin istri atau suami?
Dicuekin aplen...
Habis ngantor capek harus urusin order, dll...


adaaa aja di keseharian kita.


Tapi ...


mending mana,
Hidup Silfana saat ini atau Bapak yang tadi saya ceritain?


Setelah 1 kilometer tancap gas...
akhirnya saya balik arah karena kepikiran...
berharap Blio masih ada.


depan pom bensin, blio sedang melakukan hal yang sama.
meletakkan dagangannya..sambil muka meringis...


Jendela saya buka...
dan saya ulurkan tangan memberikan apa yang tergenggam.


Saat itu,
saya melihat tangan kanannya terbungkus perban seadanya,
padahal, bengkak sekali...
ngga heran, bawa 1 botol madu saja terlihat amat susah :(


Lalu, blio menerima uluran saya dengan tangan kirinya,
sambil menahan sakit, blio bilang:
"maaf neng tangan kiri, tangannnya sakit...dstnya dstnya.."


saya ngga denger apa yang blio bilang
karena saya berusaha keras menahan air mata...
melirik ke bangku sebelah tempat tas baru saya tergeletak :(
hanya terdengar kata-kata blio, "....dunia, akhirat"


duuh...
air mata betul-betul tumpah.


membayangkan kesakitan seorang Bapak,
yang mungkin punya tanggungan anak, sedang sakit,
dan tetap harus mencari nafkah dengan jalan apapun :(


Silfana, janji yaaa.
kalo insyaAllah udah dalam posisi sukses, posisi enak...
never ever do what I just did dengan bonus belasan juta itu.
melupakan bahwa disekitar saya masih banyak yang membutuhkan :(


Silfana masih butuh mimpi untuk bertahan disini?


Pandangi muka si kecil saat sedang terlelap.
bayangkan apa yang bisa Silfana berikan untuk mereka.


Pandangi muka suami atau istri yang tertidur kecapean
karena pulang ngantor, lembur, atau apa aja.


Pernah ngga,
Silfana ngelus tangan orangtua yang sudah keriput itu?
Saat ini saya sampe ngga berani megangin tangan mamaku berlama-lama.
takut nangis didepannya.
Saat ini blio sedang melawan kanker...
dan ayah saya yang sudah berumur 70 tahun lebih
setiap hari masih harus berfikir keras untuk membayar pengobatan...


jadii,
kalo ada yang bilang,
Iiihh aplennya kok gitu amat si Silfana...
oriflaaaammeee teruss..
narssiiiis terus di blog nya ngomongin duit ini itulah :-)
si nadia kok jutek amat yaaa jadi aplen...
kalo ada dline ndableg, nanya, atau apalah...


sigh...


Maafin saya yaaa.
hiks... mudah2an Silfana ngerti yaa..
Saya hanya lagi berusaha keras mencari cara
ngebahagiain orang-orang yang saya sayangin banget.


Kadang, ngga bisa selamanya tampil "sempurna".


Kalo memang mau berhasil disini.


Silfana harus mulai juga berfikir tentang mereka yaa?
Orang-orang yang Silfana sayangi.


Harus mulai berfikir tentang Bapak pembawa madu yang kesakitan :(


Tentang penjual sayur keliling yang harus berjalan jam 4 pagi
ngedorong dagangan ke perumahan-perumahan
dengan untung hanya 20rb perak sehari.


Tentang supir angkot atau bis yang tiap hari harus melewati
jalan yang ituu ituu lagi 12 jam sehari ditengah terik matahari.


Silfana bisa kasih apa ya ke mereka?


Bandingin kerja keras mereka
dengan apa yang harus Silfana lakukan saat ini
untuk bisa bertahan di bisnis ini.


Banyak orang-orang yang butuh bantuan kita ternyata ya?
Dan kita harus stop memikirkan diri sendiri.


Iyaa ini bisnis yang ngga mudah, betul kok.


Tantangannya Silfana.. adalah tantangan saya juga...
ternyata Alhamdulillah, 2,5 tahun dBC Network...
saya ketemu dengan teman-teman yang
punya banyak mimpi yang sama.
Yang menemukan tantangan yang juga beraneka ragam.


Satu per satu, mereka mulai melewati tantangan itu.
Saya berharap, Silfana juga
akan menjadi salah satu dari mereka yaaa.
Amiiinnn.


Maaf yaa Silfana,
selama ini saya hanya terus menerus mengingatkan tentang,
bonus yang jutaan.
mobil mewah yang bisa kita dapetin.
asiknya jalan-jalan ke luar negeri.
enaknya jadi diamond...dsbnya...dsbnya.


Saya habis dijewer Yang Atas.
karena sebetulnya saya punya kewajiban ngingetin Silfana...
untuk juga melihat kebawah...
ke dline yang membutuhkan bantuan lebih...dorongan lebih...
ke orang-orang yang lebih susah dibanding kita.
Kita bukan sedang memikirkan diri sendiri.


Saya kebayang...
ada diantara kita atau mungkin Silfana sendiri?
yang masih harus ke warnet untuk cek email, follow up prospek...
masih naik bis bawa belanjaan Ori,
repot bawa anak tiap kali antri ke kantor Oriflame.
masih mikir ngeluarin pulsa untuk follow up donlen via telpon, sms.


I wish... I really wish untuk bisa langsung bilang,
tenaaangg dikit lagi juga jadi tuhh si Silfana.
sayangnya saya ga punya kepastian untuk itu :(
semua tergantung Silfana sendiri.


Saya cuma bisa bilang, bahwa setahu saya...
yang namanya rahmat Tuhan...
nggak pernah salah alamat...
ngga pernah salah waktunya...


Yang Atas pasti Yang Maha Tahu
apa yang terbaik buat Silfana.


Rejeki itu akan datang...
hanya untuk mereka yang memang meminta,
dan bekerja keras untuk itu.


Kita belajar sama-sama ya Silfana.
Kita saling colek untuk ngingetin.


Kita melihat ke atas,
ke para Diamond yang sudah "enak" itu ;-)


sambil...
kita juga tetap melihat kedepan dan kebawah..
dan berdoa bahwa apa yang kita lakukan sekarang
akan selalu mendapatkan kemudahan dariNya. Amiin.


----


Nadia Meutia
Co Founder dBC Network

Sabtu, 19 November 2011

Surat Untuk Ayah - 2

aku tahu.. seandainya aku menjerit, berteriak pada langit sampai suaraku habis pun, langit tak kan mendengar, Tuhan tak kan mengembalikan waktu, Tuhan tak kan mengembalikan Ayahku..

***

kali ini aku menulis tentang Ayah lagi..
Jika aku rindu Ayah, aku akan menulis di sini..

Ayah..
di kampung kita lagi musim durian, musim rambutan..
aku tahu Ayah suka sekali durian dan rambutan..
sudahkah Ayah menyicipi durian dari kebun kakek? atau rambutan dari rumah ibu?
enak sekali, yah..

ayah..
maaf tadi malam aku membuka Black Berrymu.
sebelumnya, saat Ayah masih ada di sini, aku tak pernah berani menyentuh barang pribadi Ayah.
kali ini, saat Ayah telah ada di sana pun, rasanya canggung sekali saat menggenggam dan menekan BB Ayah..

ayah..
semalam di BB mu aku lihat ada email masuk dari sebuah Bank. aku bilang ke mama, setelah ku telepon pihak bank, Alhamdulillah tak ada masalah, tak ada yang harus di bayar. Bahkan Bank tersebut yang harus bayar ke kami. Sisa uangmu, tabunganmu, akan kami gunakan untuk bertahan hidup..

ayah..
melihat setiap sudut rumah, mengingatkan ku padamu..
rumah yang kau bangun dengan keringat, usaha dan doa..
sedih rasanya kalau harus di tinggalkan..

ayah, terasa sekali kehilanganmu..
menyadari bahwa hidup kami telah berubah sejak detik pertama kau dipanggil Allah..

Ayah yang dulu dihormati, disegani, dijadikan teladan, kini hanya tinggal nama dan kenangan..

dan kami yang Ayah tinggalkan harus tetap melanjutkan hidup tanpa Ayah..
mencoba beradaptasi dengan segala perubahan hidup..

ayah, aku merasa sebagai anak aku belum cukup berbakti..
banyak hal yang telah aku lakukan yang sangat mungkin pernah membuat Ayah tersakiti..
banyak sekali kekhilafanku pada Ayah..
ku mohon Ayah maafkan..

ayah, sebagai yang tertua aku ingin menjadi sepertimu..
membiayai adik-adik hingga menyelesaikan perguruan tinggi,
membimbing adik-adik hingga menjadi orang yang sukses,
seperti yang Ayah lakukan kepada adik-adik Ayah ketika kakek dan nenek sudah tiada lagi..

ayah, semua yang telah kami nikmati selama ini merupakan hasil dari semangatmu, perjuanganmu, belas kasihmu, kebaikanmu, kedermawananmu, dan ketulusan hatimu..
tak mampu kami membalas, biar Tuhan yang membalas semuanya..

yang dapat kami lakukan hanyalah berdoa..
semoga Tuhan menyejukkanmu dengan air surga, menyamankanmu di sana..

with love,


Silfana :)



Senin, 14 November 2011

Surat Untuk Ayah

Ayah, dimanapun Ayah berada, Ipa harap Ayah baca postingan di blog Ipa ini. Seperti yang biasa Ayah lakukan ketika Ayah masih ada di sini..

Ayah, pagi ini terasa sangat berbeda dari pagi-pagi sebelumnya. Berat. Itu yang mungkin kami semua rasakan.

Ayah, pagi ini kami pergi, meninggalkanmu. Ipa yang biasanya sok cool, sok kuat, sok tegar, kali ini tak mampu membendung semuanya. Ipa tahu, hal ini pasti akan terjadi. Berat rasanya meninggalkan Ayah di sini. Mengingat bahwa sebelumnya kita selalu pulang kampung bersama dalam suka cita, dan kembali ke Banda Aceh, rumah kita juga dalam keadaan suka cita, serta berbagai candaan kita lontarkan di dalam mobil.

Ayah, keberangkatan kali ini rasanya beda..

Sebelum berangkat kami menyempatkan diri mengunjungi pusaramu, tempat peristirahatanmu, rumahmu yang baru..

Apa kabar Ayah di sana? Nyaman? Kuharap begitu. Semoga tempat tidur Ayah di sana lebih empuk dari pada tempat tidur yang biasa Ayah gunakan di rumah..

Ayah, pagi ini kami akan berangkat, melanjutkan hidup tanpamu. Sungguh, kami merindukanmu, Ayah. Berharap Ayah bisa ikut bersama kami, duduk di kursi depan dan memutar mp3 yang ada di mobil dengan lagu-lagu kesukaan Ayah, seperti yang biasa Ayah lakukan.

Ayah, Ipa ingat, setiap kali pergi kuliah atau mau kemana saja, selalu berpamitan dengan Ayah, menciumi tangan Ayah, dan mengucapkan salam. Tapi kali ini, ingin sekali rasanya menciumi tangan Ayah seperti biasa, memandangi punggung tangan Ayah yang timbul urat-uratnya, menandakan bahwa Ayah tak semuda dulu lagi.

Ayah, maaf kali ini tak mampu mencium tanganmu seperti biasa, hanya mampu memberikan Al Fatihah dan beberapa doa untuk Ayah sambil menangis sesunggukan. Maaf Ayah, kali ini Ipa menangis..

Ayah, Ipa janji, sejauh apapun Ipa pergi, ke ujung dunia sekalipun, pasti akan kembali ke kampung, menjenguk Ayah. Jika nanti Ipa sudah punya anak, akan Ipa bawa cucu Ayah juga, akan Ipa ceritakan ke cucu Ayah nanti, bahwa ia memiliki kakek yang hebat, kakek yang luar biasa.

Ayah, perpisahan kali ini sungguh tidak pernah kami inginkan. Kami dilepas dengan air mata. Sebelum berangkat, bersalaman dengan yang lain pun dengan air mata. Orang yang biasanya kami lihat tegar, tadi tampak menangis sesunggukan.

Ayah, saat tiba di rumah pun suasananya berbeda. Biasanya dulu jika sudah sampai di rumah, rasanya lega karena telah melewati perjalanan jauh yang melelahkan, kemudian kita melihat keadaan ikan-ikan piaraan kita, apakah sehat atau ada yang mati setelah ditinggalkan.

Kali ini, Ayah, suasananya berbeda. Ketika pintu rumah dibuka, tubuh kami lemas. Terduduk di ruang tamu, kami semua menangis. Setiap sudut di rumah mengingatkan kami pada Ayah. Cukup lama kami semua menangis. Melihat kursi yang biasa Ayah gunakan, teringat dulu Ayah sering sekali duduk di kursi itu, terbayang suara Ayah memanggil namaku. Melihat ke arah TV, teringat acara apa yang biasa Ayah tonton di hari libur, teringat acara-acara TV yang biasa kita tonton bersama, acara kesukaan Ayah, dan lain-lain. Melihat ke arah meja makan, teringat setiap kali makan, Ayah selalu menyuruh kami untuk memakan sayur-sayuran yang telah Mama masak.

Ayah, kami tidak tahu apa yang akan terjadi pada kami di masa yang akan datang. Kepergian Ayah begitu mendadak, namun kami ikhlas, yah, walau sebenarnya kami ingin bersama Ayah lebih lama lagi, tapi ternyata Tuhan berkehendak lain. Kami ikhlas, sungguh.

Ayah, selain kami, salah satu yang paling terpukul adalah Mama. Ibarat pohon, saat Ayah masih ada, Mama bagaikan sebuah pohon yang tinggi, rimbun dan berbuah lezat. Namun kini, Mama seperti pohon setengah kering yang hanya memiliki sedikit daun.

Sekarang kami hanya punya Mama. Walaupun Ayah sudah ada di sana, tapi kami yakin semangat Ayah akan tetap hidup bersama kami. Akan kami lanjutkan apa yang menjadi keinginan Ayah dulunya. Kami berjanji akan membuat Ayah bangga memiliki kami, anak-anak Ayah. Walaupun pada saat yang membanggakan tersebut Ayah tidak ada bersama kami, tidak ikut mengabadikannya bersama kami dalam berbagai jepretan kamera, namun kami percaya Ayah akan tersenyum dengan bangga melihat keberhasilan kami dari sana..
Ayah, sungguh kami tidak tahu apa yang menjadi rencana Tuhan terhadap kami selanjutnya. Yang kami tahu adalah Allah yang memberi penyakit, Allah pula yang menyembuhkan; Allah yang memberi kesedihan, Allah pula lah yang akan memberi kebahagiaan.

Fa'inna ma'al ushri yusraa, inna ma'al ushri yushra : Setelah kesulitan pasti ada kemudahan, sungguh setelah kesulitan pasti ada kemudahan. Ditekankan dua kali dalam surat Al-Insyirah. Sungguh, janji Allah itu pasti..

Dari anakmu yang mencintaimu,


Silfana Amalia Nasri binti alm. Fadhli Nasri

Senin, 19 September 2011

Rahasia 'Positive Thinking' yang Tidak Disadari Banyak Orang

Saya sering mendengar kisah-kisah mereka yang berhasil bertahan hidup sekian lama ditengah keadaan yang tidak memungkinkan mereka untuk tetap hidup, dan juga membaca kisah-kisah inspiratif dan menyentuh dari para penderita penyakit tertentu yang berhasil melawan vonis dokter, bahkan sampai saat ini masih tetap hidup dan sehat walafiat.

Contoh kasus, ada seorang pria berusia 55 tahun yang telah di opname selama berbulan-bulan di sebuah Rumah Sakit di Ohio karena mengidap penyakit paru-paru. Saya tidak tahu apa nama medisnya, yang jelas diceritakan bahwa kondisi paru-parunya saat itu sudah sangat akut karena terkontaminasi oleh gas beracun. Sel darah putihnya tidak dapat bekerja secara maksimal dikarenakan usianya yang sudah tidak terbilang muda lagi. Ia menghabiskan waktunya di Rumah Sakit selama berbulan-bulan dengan dibantu alat pernafasan buatan. Dokter pun menaksir bahwa dengan kondisi seperti itu, hidupnya tidak akan bertahan lebih dari enam bulan.

Dua minggu kemudian bapak tersebut memutuskan untuk keluar dari rumah sakit. Ia ingin berobat jalan saja. Ia berpikir bahwa dengan hidupnya yang tinggal enam bulan lagi, ia ingin menghabiskan waktu bersama keluarganya yang mungkin selama ini ia lupakan.

Menjelang enam bulan, ia melakukan check up kembali seperti biasanya. Namun apa yang terjadi? Dokter sangat heran dan terkejut melihat kondisi bapak tersebut saat ini. Dokter menyatakan bahwa ia sembuh TOTAL. Ya, sembuh total. Paru-parunya dapat berfungsi dengan normal kembali. Apa yang terjadi pada bapak tersebut selama kurang dari enam bulan?


The Power of Mind

Saat diundang dalam sebuah reality show, bapak tersebut menceritakan bagaimana prosesnya hingga ia dapat sembuh total. Ternyata ia hanya melakukan hal-hal yang sederhana.

“Saat kembali ke rumah, saya menghabiskan waktu bersama istri dan anak-anak, dan juga dengan para cucu. Kami bermain bersama, pergi piknik, dan menghabiskan waktu dengan hal-hal yang menyenangkan. Saya juga menghubungi rekan-rekan kerja dulu, dan juga sahabat-sahabat lama. Kami membuat janji, bernostalgia tentang pengalaman-pengalaman menarik di waktu lampau.”

“Saya menyadari selama ini saya banyak mengeluh, saya sering memarahi istri dan anak-anak saya. Mungkin karena itulah orang-orang di sekitar saya seperti menjaga jarak dengan saya. Saya yang dulu sangat kaku dan dingin. Kemudian saya mencoba untuk berpikir positif dan menciptakan emosi positif, secara perlahan saya kurangi kebiasaan buruk saya seperti mengeluh dan suka marah-marah. Saya mulai menyapa orang lain, membangun komunikasi yang lebih baik. Dan hasilnya sangat luar biasa.”

“Saat check up, dokter yang biasa menangani saya terlihat sangat terkejut. ‘Ini adalah sebuah keajaiban!’ begitu katanya. Dokter mengatakan sel darah putih saya dengan sangat aktif membelah diri, menciptakan sel-sel darah putih yang baru dan kemudian ‘memakan’ gas beracun dalam paru-paru saya.”

Apa yang disampaikan oleh bapak tersebut bukanlah sesuatu yang aneh. Benar bahwa tubuh kita selalu merespon pikiran kita. Saat kita berpikiran positif maka otak kita akan merespon. Seperti yang kita tahu, otak adalah pusat kendali seluruh aktifitas fisik. Dalam kasus bapak tersebut, ketika ia berpikir positif dan memunculkan emosi positif, maka otaknya akan merespon dan dalam mekanisme tertentu memerintahkan sel-sel darah putihnya untuk terus membelah dengan aktif sehingga sel-sel darah putih tersebut mampu membunuh gas beracun yang terdapat dalam paru-paru bapak tersebut.

“Allah ada bersama prasangka hambanya.”

Jika kita berpikir tentang hal-hal yang baik, maka tanpa kita sadari tubuh kita akan merespon dan melahirkannya dalam bentuk proses atau usaha.

Saya memiliki seorang teman yang sangat pencemas. Ia selalu megkhawatirkan sesuatu secara berlebihan. Belum juga terjadi, namun si teman yang satu ini sudah berpikir terlalu jauh. Dalam kepalanya sudah terbayang hal terburuk yang nanti akan terjadi. Dan akhirnya, apa yang ia pikirkan itu benar-benar terjadi. Ia sering meratapi dirinya sendiri sebagai orang yang kurang beruntung, selalu malang, dan lain sebagainya. Ia selalu menganggap dirinya buruk, dan begitulah ia pada akhirnya. You are what you think.

Setelah menjalani proses Caesar untuk kelahiran anak pertamanya sekitar dua tahun yang lalu, teman saya (yang usianya lima tahun lebih tua dari saya) mengeluh tentang berat badannya yang naik secara drastis. Memang sih, sebelum dia menikah dulu bentuk tubuhnya sangat proporsional. Saya sering mengaguminya karena ia selalu terlihat cantik jika mengenakan pakaian apapun. Namun setelah melahirkan bobot tubuhnya naik hingga 70 kg.

Saya menyarankan padanya agar tidak menyalahkan makanan sebagai penyebab naiknya berat badan.

“Jangan diet, kak. Yang perlu dilakukan sebenarnya sederhana saja, cukup pikirkan tentang berat badan ideal yang kakak inginkan, pikirkan bagaimana senangnya kakak jika berat kakak nanti segitu, terus bayangkan bagaimana penampilan kakak nanti seandainya berat badan kakak udah segitu. Terus, tiap pagi kakak berdiri tegak di depan cermin, sambil tersenyum katakan pada bayangan kakak yang ada di depan kakak ‘saya cantik, saya langsing, saya cantik, saya langsing..’ begitu terus selama satu menit setiap pagi.”

“Gitu aja ya, Sil?”
“Iya kak.”
“Gampang kali kok!”
“Emang gampang. Coba aja.”

Sekitar akhir bulan Juni yang lalu, kebetulan saya berpapasan dengan teman saya tersebut saat saya sedang mutar-mutar ga jelas di Pasar Atjeh. Saya sangat takjub dengan penampilannya sekarang. Nyaris seperti dulu lagi, sebelum ia menikah.

Ternyata ia mencoba apa yang saya sarankan. Ia tidak mengurangi porsi makannya, karena ia sedang dalam proses menyusui. Ia hanya mensugesti dirinya sendiri, seperti yang saya sarankan. Kini, ia hanya butuh menurunkan sekitar 3-5 kg lagi untuk mencapai berat badan idealnya.
Saya sendiri juga bukan orang dengan tubuh proporsional. Saya gendut. Tapi itu bukan masalah buat saya. Bagi saya bentuk fisik itu sangat tidak penting, yang penting isi kepala. Toh, teman-teman saya juga banyak yang gemuk. Jadi saya tidak mempermasalahkan itu.

Kembali lagi ke kasus bapak tadi. Sebenarnya, apa yang dialami oleh bapak tersebut dapat dijelaskan dalam berbagai perspektif ilmu pengetahuan.

Dalam kajian Psikologi, para peneliti sepakat bahwa emosi berbanding lurus dengan kesehatan. Semakin baik emosi kita, maka semakin baik pula kondisi kesehatan kita. Tanpa kita sadari ternyata banyak gangguan fisik yang sebenarnya terjadi karena adanya permasalahan psikis. Hal ini disebut dengan gangguan Psikosomatis.

Gangguan psikosomatik dapat diartikan sebagai reaksi jiwa pada fisik (soma). Menurut American Psychosomatic Society (2005), gangguan psikosomatik berasal dari bahasa Yunani (Psyche= jiwa dan Soma= fisik), sehingga psikosomatik dapat diartikan sebagai hubungan fisik dan jiwa. Ada hubungan yang sangat erat antara faktor fisik, faktor psikologis, dan sosial terhadap perjalanan suatu penyakit.

Gangguan psikomatik ini mungkin bisa menjawab, "Mengapa seseorang bisa terkena serangan jantung setelah bertengkar dengan bosnya?, Mengapa penyakit rematik jadi jauh lebih sakit ketika penyandangnya stres?, Mengapa kematian penyakit jantung dipengaruhi oleh ada tidaknya depresi?"

Sebuah penyakit dapat muncul akibat banyak faktor. Penyakit dapat muncul sebagai akibat faktor lingkungan atau sosial. Penyakit dapat muncul juga akibat faktor genetik dan keturunan. Berbagai faktor tersebut akan berinteraksi dengan kompleks.

Faktor psikologis dapat sebagai pencetus munculnya gangguan fisik, misalnya gangguan tidur akibat kecemasan, nyeri otot tengkuk akibat stres atau diare dan nyeri ulu hati akibat ketakutan.

Faktor psikologis dapat pula mempengaruhi perjalanan klinis suatu penyakit, misalnya pasien stroke dengan depresi akan memiliki status fungsional yang relatif lebih buruk dibanding tanpa stres, angka kematian penyakit jantung koroner dipengaruhi oleh ada tidaknya depresi.

Faktor psikologis mempengaruhi berbagai organ tubuh melalui mekanisme yang kompleks antara faktor saraf, hormonal, dan imunologis. Stres kronik dapat mempengaruhi sistem saraf dan sistem hormonal yang dapat mempengaruhi sistem imun (sistem kekebalan tubuh). Hal ini menerangkan mengapa seseorang dengan stres kronik lebih mudah sakit. Pacuan sistem saraf simpatis menerangkan munculnya hipertensi, stroke, dan penyakit jantung koroner akibat stress emosional.

Pada beberapa kasus, gangguan psikosomatik dapat muncul reaksi yang aneh dan tidak dapat dijelaskan oleh ilmu kedokteran. Buta mendadak, lumpuh mendadak, atau kesemutan yang sifatnya aneh umum dijumpai. Penderita pada umumnya masih berusia muda, sebagian besar wanita dan didahului oleh stressor yang jelas. Pasien ini akan menjalani berbagai pemeriksaan dengan hasil yang normal.
Pada umumnya pasien dengan gangguan psikosomatik sangat meyakini bahwa sumber sakitnya benar-benar berasal dari organ-organ dalam tubuh. Pasien dan keluarganya sering meminta untuk melakukan pemeriksaan laboratorium dan rontgen.

Pemeriksaan lab dan rontgen dapat membantu untuk mengurangi kecemasan pada pasien dan keluarganya. Bila hasil pemeriksaan normal, maka tidak perlu ada kecemasan yang berlebih tentang suatu kondisi penyakit yang serius. Banyak pasien yang tidak mau dikonsulkan kepada psikolog atau psikiater karena ia sangat yakin bahwa sumber sakitnya adalah fisik dan bukan psikis. Mereka ‘lebih suka menderita sakit yang sifatnya nyata’.

Sifat manusia tidak akan suka hidup dalam ketidakpastian, sehingga pasien tetap akan mencari tahu apa penyebab pasti dari sakitnya. Hal ini membuat pencarian penyebab organik akan terus dilakukan dan tentunya memakan biaya yang tidak bisa dikatakan sedikit.

Seorang petugas kesehatan harus melihat pasien atau klien sebagai makhluk fisik, psikis, sosial, dan spiritual yang utuh. Keluhan seorang pasien harus ditanggapi dengan serius (betapa pun anehnya keluhan tersebut).

Penelitian menunjukkan bahwa pasien psikosomatis seringkali tidak puas dengan pelayanan medis yang didapatnya akibat tanggapan dokter yang tidak serius tentang penyakitnya. Pasien ini akan cenderung berpindah-pindah dokter atau rumah sakit tanpa hasil.

Seorang pasien akan lebih nyaman dan puas bila mendapat penjelasan yang jelas tentang penyakitnya, informasi dan instruksi yang jelas, dan pemeriksaan yang teliti.

Simak kata-kata Hipocrates, seorang pasien akan merasa lebih nyaman dengan sapaan, senyuman dan bila didengar dengan empati. Komunikasi yang baik harus dijalin untuk mengeksplorasi adanya stressor, dan seringkali tindakan konseling diperlukan. Penelitian menunjukkan bahwa intervensi psikologis klinis sangat membantu dalam banyak kasus.

Jadi jika Anda sering mengalami berbagai keluhan tapi ketika diperiksa tidak juga ditemukan masalah penyakit, mungkin jawabannya adalah terjadi gangguan psikomatis yang lebih ke arah masalah psikis.


Hindari stress, cemas yang berlebihan, dan berpikirlah positif. Setiap hal buruk yang terjadi pasti memiliki potensi atau harapan-harapan untuk dapat berubah menjadi lebih baik, sekecil apapun itu. Teruslah berpikir positif, karena realitas saat kini atau hidup Anda saat kini adalah hasil dari pikiran-pikiran yang telah Anda pikirkan.

Salam hangat,

Silfana :)

Selasa, 06 September 2011

sesuatu yang terpaksa untuk ditolak

welcome september !

semester ini saya memasuki semester yang baru. semester lima. belum terlalu tua, kan? :)

dalam rancangan studi yang telah dikeluarkan oleh pihak akademik, waktu ideal untuk menyelesaikan studi adalah empat tahun atau delapan semester. berarti saya masih ada waktu 3 semester atau sekitar satu setengah tahun lagi.

dalam pertemuan perdana mata kuliah psikologi emosi tadi pagi, bu maya menyampaikan bahwa mulai semester ini kami harus mengetahui minat kami masing-masing dalam rangka penulisan skripsi. jujur, saya sendiri masih bingung mengenai bidang yang saya minati. saya suka semuanya; klinis, sosial, industi & organisasi, pendidikan, dan perkembangan.

sementara itu, sejak akhir semester empat yang lalu, pacar saya sudah mewanti-wanti agar mulai saat itu saya menemukan apa yang menjadi minat saya, dan kemudian mulai menulis skripsi sedikit demi sedikit, katanya nanti agar saya tidak membutuhkan waktu yang lama, buatlah setidaknya dua atau tiga judul, minimal sampai bab II saja dulu, supaya nanti saat sudah mulai proses pembuatan proposal, seminar judul tidak membutuhkan waktu yang lama, dan langsung diperlihatkan ke dosen  pembimbing untuk dikoreksi.

selain itu , dia juga menugaskan saya untuk membuat tulisan dalam bentuk slide show mengenai pengaruh gender terhadap cara hakim membuat keputusan (kalau tidak salah) dan juga mengenai fenomena transgender yang sedang marak. semuanya dikaji menurut perspektif Psikologi, dicari grand theory nya, dan juga teori-teori pendukungnya. sebenarnya sudah lumayan lama dia 'nagih' tugas itu. cuma yaa mau bagaimana, pada saat itu saya sedang mengambil kursus bahasa jerman, jadi saya minta di pending dulu.

beberapa waktu yang lalu, pacar saya mengajak saya untuk join dalam program yang sedang dibuat oleh ikatan alumni SMA nya. mereka mau buat semacam buletin, yang kemudian akan disebarkan kepada siswa-siswi SMA yg bersekolah di sekolahnya dulu. saya ditawarkan untuk mengisi rubrik Psikologi Remaja. tawarannya saya terima, belum tahu lagi perkembangannya bagaimana dan kapan mulai kerjanya.

kemarin siang, saya dan gina duduk di depan sebuah toko percetakan di seputaran kampus. kami mau pergi ke suatu tempat bersama umay dan debi, namun harus menunggu umay yang saat itu sedang nge-print sesuatu.

kami menceritakan banyak hal. salah satunya mengenai tawaran pekerjaan yang datang ke saya. saya cerita ke gina, bahwa seseorang berencana akan merekomendasikan saya untuk menjadi tenaga pengajar pelajaran X di bimbel Y. sebenarnya tawarannya menarik dan saya juga kenal dengan para tenaga pengajar di bimbel tersebut. sebelumnya saya pernah juga menceritakan mengenai hal ini kepada sepupu saya, dia (dan juga gina) mendukung rencana tersebut, mereka bilang lumayan bagus untuk mencari pengalaman, dan juga melatih publik speaking. apalagi, kata mereka berdua, saya memiliki kemampuan yang baik dalam pelajaran X tersebut.

sebelum saya memutuskan saya sempat bicarakan tentang ini dengan mama saya. beliau tidak setuju, dengan alasan takut mengganggu kuliah dan mama menganggap bahwa ayah saya masih mampu untuk mencari uang.

ah, padahal kata orang bijak, pengalaman adalah guru terbaik..

Jumat, 26 Agustus 2011

Untukmu Guru


Sebelumnya saya minta maaf, tujuan saya menulis ini bukan untuk mendiskreditkan profesi guru sebagai tenaga pengaajar, namun hanya sebagai ajang untuk membuka pikiran kita mengenai dunia pendidikan semata.

Dikutip dari Wikipedia.org , Guru (dari Sanskerta: गुरू yang berarti guru, tetapi arti secara harfiahnya adalah "berat") adalah seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.

Orang India, China, Mesir, dan Israel menerima pengajaran dari guru yang merupakan seorang imam atau nabi. Oleh sebab itu seorang guru sangat dihormati dan terkenal di masyarakat serta menganggap guru sebagai pembimbing untuk mendapat keselamatan dan dihormati bahkan lebih dari orang tua mereka.

Dari penjelasan di atas, terlihat jelas bahwa tugas utama guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.

Untuk dapat mendidik, seorang guru tentulah harus lebih pintar daripada muridnya, berwawasan luas, serta paham betul mengenai pelajaran yang ia sampaikan kepada muridnya. Jika tidak lebih pintar dari murid, bukan guru namanya.

Selain pintar, untuk menjadi guru juga diperlukan kesabaran dan kelembutan hati. Menghadapi banyak murid dengan berbagai macam tingkah laku memang bukan suatu perkara mudah, terlebih lagi setiap murid memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam memahami apa yang telah disampaikan oleh gurunya. Oleh karena itu, selain hal-hal yang telah disebutkan di atas, guru juga harus cerdik, dalam artian mampu menggunakan berbagai macam metode untuk menangani berbagai macam tingkah laku dan kemampuan peserta didik.

Saya ingat betul, sekitar dua tahun yang lalu, saat saya baru saja diterima di program studi Psikologi, Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, saya bersama beberapa orang teman menjumpai bapak dr. M. Yani, dosen wali kami yang saat itu sedang menjabat sebagai Kepala Program Studi sekaligus Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Beliau memberikan kami beberapa arahan dan berbagai masukan mengenai kehidupan sebagai mahasiswa.

Beliau berkata: “sebenarnya untuk menjadi dokter dan psikolog itu tidak harus pintar, yang penting mampu memahami dan memiliki skill yang baik saja.”

“Orang pintar itu diperlukan di jurusan Teknik. Mereka harus pintar matematika, fisika, dan ilmu-ilmu lainnya. Bagaimana mau bangun rumah orang kalo matematikanya gak kuat. Salah-salah nanti roboh bangunannya karena hitungannya gak pas.” Sambung Pak Yani.

“Selain itu, orang-orang ekonomi juga harus pintar, karena mereka adalah para pemikir, penentu kebijakan, serta harus mampu melihat peluang, melihat kondisi pasar.”

“Tahukah kalian apa satu lagi pekerjaan yang didalamnya harus ada orang pintar?” tanya Pak Yani.

“ Guru, pak!” jawabku spontan.

“Iya. Betul sekali. Guru.”

“Hanya saja sekarang yang terjadi malah sebaliknya. Orang-orang berbondong-bondong masuk kedokteran. Jika dibandingkan antara kedokteran dan guru, maka yg memilih guru sebagai pilihan pertama sangat sedikit sekali. Akhirnya sekarang, anak-anak pintar banyak di kedokteran, dan anak-anak yang kurang pintar malah banyak ada di FKIP. Walaupun ga semua, ada juga di FKIP yang pintar-pintar.” Kata Pak Yani.

Jika ditelusuri lagi, maka apa yang dikatakan oleh pak Yani ada benarnya juga. Saya memiliki beberapa orang teman saat SMA yang saya anggap kurang pintar (terlihat dari bagaimana kesehariannya dan nilai-nilai pelajarannya), namun kemudian mereka menjadi mahasiswa FKIP, terutama FKIP matematika, fisika, kimia, biologi. Saya heran bukan main. Namun ada juga teman-teman yang benar-benar pintar dan kemudian kuliah di FKIP.

Mungkin pihak universitas perlu melakukan kajian lagi, terutama dalam hal seleksi mahasiswa baru, bagaimana caranya agar program studi keguruan ini diminati oleh para calon mahasiswa baru yang berotak cemerlang, menentukan passing grade yang lebih tinggi, serta tidak memasukkan program studi keguruan ke dalam program studi pilihan dalam Ujian Mandiri untuk tetap menjaga kualitas calon tenaga pendidik yang nantinya akan bertugas untuk mencerdaskan bangsa.

Selain itu pacar saya juga pernah punya pengalaman bekerja sebagai tenaga pengajar di sebuah bimbingan belajar. Setiap orang yang melamar menjadi tenaga pengajar harus melalui tahap seleksi. Nah, pacar saya ini termasuk dalam bagian orang yang menyeleksi calon tentor. Menurut penuturannya, tak sedikit calon tentor yang berasal dari FKIP tidak bisa micro teaching dan memiliki skill penanganan kelas yang buruk. Namun ada juga calon tentor dari FKIP yang mampu melakukan dengan baik. Hanya yang terbaik saja yang terpilih.

Saya ingat saat saya masih duduk di bangku SMA, saat itu semester genap dan ada banyak guru PPL di sekolah kami. Pada suatu hari ada seorang guru PPL wanita mengajar di kelas kami menggantikan guru kami yang sedang berhalangan hadir. Guru PPL tersebut mengajar dengan suara yang terbata-bata, kelihatannya gugup, dan tak satupun dari kami mengerti apa yang ia sampaikan.

Kebetulan di kelas kami ada seorang murid yang terkenal bandel se-SMA 3, sebut saja A. Si A tampak bosan, kemudian ia menghujani guru PPL tersebut dengan berbagai pertanyaan yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan materi yang disampaikan, sedangkan murid-murid lain ikut tertawa melihat interaksi antara si A dan guru PPL tersebut yang menurut mereka lucu.

Guru PPL tersebut terlihat semakin gugup dan salah tingkah. Ia tak mampu melawan, memberi peringatan kepada A dan tidak mampu menertibkan suasana kelas yang riuh. Mukanya memerah, dan kelihatan seperti sedang menahan sesuatu. Kemudian pada saat bel istirahat berbunyi, secepat mungkin guru PPL tersebut pergi meninggalkan kelas dengan membawa semua peralatan yang tadi ia gunakan saat mengaajar.

Ketika saya dan teman-teman saya sedang berjalan menuju kantin, kami melewati lab. Kaca lab yang berwarna transparan itu memungkinkan kami untuk melihat ke dalam lab. Tampak guru PPL yang tadi mengajar di kelas kami kini sedang menangis terisak-isak dan beberapa guru PPL lain sedang mengelilinginya dan mencoba menenangkannya.

Dari kejadian itu saya dapat menarik kesimpulan : sepertinya guru tersebut kurang siap secara mental. Ia tampaknya belum mempersiapkan dirinya atas situasi terburuk yang menimpanya, ia belum mempersiapkan apa-apa saja yang harus ia lakukan jika ia ‘diserang’ oleh murid seperti A, dan belum mempersiapkan langkah apa yang harus dilakukannya jika suasana kelas menjadi riuh dan tak terkendali.

Saya pernah bertanya kepada teman saya mengenai kondisi tenaga pendidik saat ini yang menurut saya sangat disayangkan dari segi kualitas. Dan teman saya itu berkata “yah, mereka kan jadi guru karena biar bisa jadi PNS aja. Datang ke kelas, ngajar, yg diajar entah apa, terus pulang. Makanya beginilah kondisi pendidikan Indonesia sekarang.”

Ah, saya rasa tidak begitu juga. Saya percaya bahwa masih banyak guru-guru di luar sana yang berdedikasi tinggi terhadap dunia pendidikan dan tidak berorientasi pada materi semata. Bagaimanapun pekerjaan sebagai guru adalah pekerjaan yang tidak mudah dan juga melelahkan. Tak ada manusia yang sempurna di dunia ini, begitu pula dengan guru. Karena Guru juga manusia.


Sekali saya minta maaf, tujuan saya menulis ini bukan untuk mendiskreditkan profesi guru sebagai tenaga pengajar, namun hanya sebagai ajang untuk membuka pikiran kita mengenai dunia pendidikan. Bagaimanapun saya sangat menghormati dan menghargai profesi guru. Banyak sanak saudara saya yang berprofesi sebagai guru: alm. Nenek saya, kakek saya, tante, om, sepupu saya dan juga saudara-saudara saya yang lain juga banyak yang bekerja sebagai guru.




(Berhubung ini hampir tanggal 2 September, jadi saya sekalian mau mengucapkan SELAMAT HARI PENDIDIKAN DAERAH NANGGROE ACEH DARUSSALAM. MAJU TERUS DUNIA PENDIDIKAN ACEH! J )

Saya, lima tahun yang akan datang


Mari berkhayal sejenak…

Apa yang kamu bayangkan tentang 5 tahun yang akan datang?
Seperti apa dirimu kelak?

Hmmm… 
Saya sedang membayangkan diri saya sendiri 5 tahun yang akan datang..

Lima tahun yang akan datang….

Saya akan berumur 25 tahun. Belum terlalu tua kan?
Tubuh saya sedikit lebih langsing (ngarep),

Saya mungkin (insya Allah) telah menyelesaikan studi saya..
Nama saya mungkin akan menjadi:
SILFANA AMALIA NASRI, S.PSI, M.PSI, PSIKOLOG.

Nama yang lumayan panjang, bukan?


Lima tahun yang akan datang..
Mungkin saya akan sedang berdiri di depan kelas..
Mengajar mahasiswa..

Atau mungkin saya sedang di dalam ruang praktek..
Sibuk dengan klien..

Atau mungkin saya melakukan keduanya:
Mengajar dan membuka praktek..
Kedengarannya menarik..

Lima tahun yang akan datang…..
Insya Allah saya akan lebih mapan..

Lima tahun yang akan datang..
Mungkin saya memiliki cita-cita yang baru,
Cita-cita yang berbeda dengan yang saya miliki sekarang..
Atau justru masih mengejar impian yang sama..

Lima tahun yang akan datang..
Saya harap Tuhan masih memberi saya umur, kesehatan, dan kesempatan..

Lima tahun yang akan datang..
Mungkin saya akan sedang mem-flash back apa yang telah saya lakukan di waktu sekarang..

Ah, lima tahun yang akan datang…
Terlalu banyak yang ingin saya tuangkan di sini..

Maaf, baru bisa berkhayal.

Biarlah Tuhan, tulisan ini, dan Anda yang membacanya yang menjadi saksi
Bahwa saya pernah mengkhayalkan kehidupan saya di masa lima tahun yang akan datang..

Maaf baru bisa berkhayal..

Ibarat sebuah sistem, saya sedang memprogam diri saya agar menjadi ‘sesuatu’ di kemudian hari..
Berhasil atau tidaknya sebuah program tergantung siapa yang menjalankannya, dan bagaimana ia menjalankan program tersebut..

Berharap tuhan memudahkan jalan saya..
Ya, tunggu saya lima tahun yang akan datang..


Banda Aceh, 27 Agustus 2011, 0:27 am

Di hadapan notebook, sedang menulis dan bermain Sudoku (level: Expert) sambil mendengarkan lantunan suara merdu Taylor Swift.

Rabu, 27 Juli 2011

change - I

finally I got my passion !

yeah, dalam beberapa hari ke depan bakalan ada perubahan.
perombakan abis2an..

penasaran? nanti deh saya update lagi perkembangannya.. ;)