Selasa, 25 Desember 2012

Perbedaan Bukanlah Jurang Pemisah

sebenarnya sulit juga bagi saya untuk menuliskan pendapat saya tentang permasalahan yang sangat sensitif di blog ini. Seperti yang telah kita ketahui, MUI mengeluarkan fatwa bahwa haram bagi umat muslim mengucapkan selamat natal kepada umat kristiani. Banyak yang pro dan kontra terhadap fatwa MUI tersebut. disini saya tidak mempermasalahkan pandangan-pandangan itu. saya memahami bahwa semua orang punya pandangan yang berbeda-beda dan menjadi hak bagi masing-masing individu untuk memahami dan melaksanakan apa yang ia yakini.  Saya menulis ini hanya untuk menceritakan tentang pandangan saya tentang hal tersebut.

sejak kecil, saya bersama keluarga hidup berpindah-pindah dari satu provinsi ke provinsi lain. selain di Aceh, kami pernah tinggal di Bandar Lampung, Ambon, dan Manado.

kami hidup dalam perantauan dan dalam lingkungan yang heterogen. orang-orang dalam lingkungan perumahan, pertemanan, teman2 sekolah, dan juga rekan-rekan kerja orang tua saya berasal dari suku dan agama yang berbeda. di satu sisi, kita ga bisa hidup sendiri dan hanya bergaul bersama orang yang seagama. kami hidup dalam perantauan, jauh dari kampung halaman dan tak ada sanak saudara di sana.

walaupun berbeda, namun kami tidak pernah saling mengejek, tidak ada saling menghina. justru dari situ aku dan teman-teman mampu memahami indahnya toleransi dan menghargai perbedaan-perbedaan tersebut.

toleransi dalam kehidupan yang heterogen itu sangat penting. susah yaa buat orang-orang yang berpikiran sempit dan merasa paling benar..

orang-orang yang berbeda agama dengan kita, tidak selamanya buruk. mereka mampu memahami dan mengerti juga, kok..

sebagai contoh, ketika baru tinggal di manado, papa saya punya jabatan yang lumayan tinggi di kantornya dan di kantor papa pegawai yang muslim sangat sedikit jumlahnya. ketika menjelang lebaran, kami ingin menggelar acara open house di rumah. di satu sisi, hanya aku anak perempuan mamaku satu-satunya, dan kami tidak punya pembantu rumah tangga. menggelar open house bukanlah pekerjaan yang mudah. sangat melelahkan. satu hal yang sangat berkesan bagi saya adalah di saat seperti itu malah tetangga-tetangga saya yang non muslim ikut membantu kami menggelar open house. mereka ikut berbelanja, menyumbang kue, minuman, membantu memasak, menata ruangan, dan sebagainya. mereka datang ke rumah, bahkan sampai membantu mencuci piring dan membereskan rumah. mereka baik sekali.

begitu pula ketika natal tiba. keluarga kami memberikan kue kepada mereka, datang ke rumah mereka, ikut bantu-bantu, silaturrahmi ke rumah mereka, tapi tidak mengucapkan selamat natal, dan itu baik-baik saja. bahkan hal-hal seperti itu dapat menjaga hubungan kekerabatan kami.

soal makanan mereka mereka paham bahwa muslim tidak makan anjing, babi, dan binatang-binatang yang diharamkan lainnya. ketika kami datang mereka tidak menyajikan makanan-makanan yang diharamkan tersebut. kalau lagi jalan-jalan dan ingin makan mereka juga tidak membawa ke tempat makan yang menyajikan makanan-makanan yang diharamkan bagi muslim. mereka paham bahwa orang islam tidak boleh makan makanan seperti itu.

kalau saya sedang hang out bersama teman-teman yang non muslim, mereka sering tanya saya sudah shalat atau belum. jika belum, mereka bahkan mau mencarikan tempat shalat terdekat dan menunggui saya hingga selesai shalat. begitu juga dengan saya, ketika teman-teman saya yang non muslim ada jadwal ibadah atau kebaktian, saya menghargainya dengan tidak mengajaknya bermain, jalan-jalan, dan mengatur ulang jadwal hang out pada waktu lain.

menurut saya banyak cara lain untuk mempraktekkan toleransi antar umat beragama. tindakan membantu, saling menghargai & memahami, menghadiri acara syukuran, pernikahan, memberikan sesuatu yang bermanfaat kepada orang yang berbeda agama juga merupakan salah satu wujud toleransi antar umat beragama.

ajaran Islam tentang toleransi sebenarnya sangat indah. toleransi yang diajarkan dalam islam adalah saling menghargai perbedaan, hidup rukun dan damai, bersahabat dan bergaul akrab dengan umat agama lain. boleh berbisnis, boleh berhubungan sosial, dan sebagainya, asal tidak mencampuradukkan agama. dalam Islam, bagiku agamaku, bagimu agamamu.

orang-orang di sekitar saya banyak yang beragama non muslim. dan alhamdulillah sampai saat ini saya bisa bergaul akrab dengan mereka tanpa mencampuradukkan agama.

seorang teman menuliskan di status facebook nya seperti ini:
Dari Kajian Magrib di Masjid Raya Baiturrahman tadi, Ustadz mengatakan ada dua pendapat tentang ucapan selamat bagi hari raya agama lain. Pendapat pertama tidak membolehkan karena bisa menyerupai kaum tersebut, pendapat kedua boleh diucapkan dalam rangka menjaga pergaulan dengan penganut agama lain disekitar kita, namun tidak meng-iyakan ucapan tersebut. Masalah ini jangan diributkan, kita punya pegangan masing-masing tentang ini..



walaupun berbeda bukan berarti saling bermusuhan, kan?

Sejatinya agama-agama membawa umatnya pada kedamaian, tapi justru orang-orang yang beragama yang merusak kedamaian tersebut. tuduh-menuduh, hakim-menghakimi sepertinya sudah menjadi budaya. Urusan salah-benar, hakim-menghakimi, serahkan saja pada Tuhan. Tuhan yang paling tahu, dan Tuhan adalah hakim yang paling adil.


kedekatan hati jauh lebih manusiawi dan menyentuh nurani..
kedekatan itu dapat muncul manakala kita mampu menumbuhkan kesadaran akan pentingnya kebersamaan dan kesadaran untuk tidak saling mengganggu.

sebagai umat beragama, yuk, sama-sama kita memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada sang pencipta.. tidak perlu lah sampai ribut-ribut segala hanya karena hal-hal kecil.. tak perlu saling menjelekkan. damai itu indah.

Salam perdamaian! :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar