Rabu, 27 Juni 2012
Broken Heart Quotes
"There is one pain I often feel which you will never know because it is caused by the absence of you."
A thousand words could not bring you back
I know because I have tried
Neither would a thousand Tears
I know because I have cried
You left behind a broken heart
And happy memories too
But I never wanted memories
I only wanted You
I can forget the tears and hurt you put me through
but I cant forget the laughs and special times I shared with you
I wish there were a way I could go back in time
To hold you in my arms
As if you were mine
I'm going to smile and make you think I'm happy, I'm going to laugh, so you don't see me cry, I'm going to let you go in style,
and even if it kills me- I'm going to smile.
The hardest part of loving someone
is knowing when to let go and knowing when to say goodbye
I don't know what to do
now that we're apart
I don't know how to live
without the other part of my heart
If tears could build a stairway on memories alone
I'd walk right up to heaven and bring you home again
Letting go is just another way of saying I love you so
Frustrated because I can't tell if it's real. Mad because I don't know how you feel. Upset because we can't make it right. Sad because I need you
day and night. Angry because you won't take my hand. Aggravated because you don't understand. Disappointed because we can't be together, but still I'll love you forever.
Today was just one of those days where everything I did reminded me of you and every song I heard somehow related to you. I hate days like today, because they remind me of the one thing I dont have.
“If I could say anything, I envy happy couples. You don’t know how much it hurts , to look at someone you’re still madly in love with and not be able to do anything about it, to have you heart broken, and still want them, and to face the fact that they don’t want you anymore. It just hurts so much deep inside. There all you think about it, and people tell you just to give up , its not that easy to give up on someone you really love. The hardest part is that they’re happy and you’re not and you always wanted to be the reason why they were happy and this quote will never speak all the things I wish I could tell you about how it hurts. Its really not as easy people think it is.”
The sadness comes from the solitude of the heart."
Montesquieu
“What is the opposite of two? A lonely me, a lonely you.”
Richard Wilbur
“I don’t know why they call it heartbreak. It feels like every other part of my body is broken too.”
Missy Altijd
"When you're dreaming with a broken heart, the waking up is the hardest part. You roll outta bed and down on your knees and for a moment you can hardly breathe."
John Mayer
Selasa, 26 Juni 2012
Jutaan Maaf Mungkin Tak Pernah Cukup
beberapa hari ini ada sesuatu yang mengganjal di pikiranku: tentang kita!
ada hal yang masih belum ku mengerti tentang kita yang sekarang..
malam itu aku coba menanyakannya padamu, kau bilang aku hanya membuka kembali luka yang telah kau kubur dalam-dalam. padahal kau telah berusaha untuk berdamai dengan masa lalumu, masa lalu kita yang sama sekali tak indah untuk diceritakan...
sore itu kita menyepakati untuk bertemu. di cafe itu. hanya kau dan aku.
sambil menangis kau katakan kembali bahwa aku hanya membuka kembali luka yang telah kau coba untuk kau kubur dalam-dalam. dan ketika itu diungkit kembali, sakit sekali rasanya. kau ceritakan begitu banyak kekurangajaran ku, kejahatanku, perlakuan burukku terhadapmu hingga kau tak bisa melampiaskan emosimu. kau pun menangis.
aku pun sadar. keberadaanku selama ini hanya beban untukmu, hanya bisa membuatmu sedih dan terluka.
jangankan untuk memberi sesendok kebahagiaan, untuk memberikan setetes kebahagiaan pun aku tak sanggup, hingga kau berkata bahwa kau tak tahu bahagia itu seperti apa.
aku tahu, mungkin tidak ada lelaki lain yang mampu memperlakukanku sepertimu. kau begitu baik, begitu sabar menghadapi keanehan serta kelabilanku. kemudian apa balasanku padamu? hanya menggoreskan luka dalam hatimu. aku mungkin tipe wanita yang memiliki begitu banyak ketidakmampuan dan keterbatasan dalam diriku sehingga menjadikanku selalu absen saat kau sedang susah. hingga kau berkata bahwa kini tak ada lagi wanita di dunia ini yang kau percayai selain ibumu.
luka yang ada dalam hatimu mungkin ibarat kayu yang ditancapkan paku. walaupun kemudian paku itu dicabut kembali, namun tetap meninggalkan bekas pada kayu tersebut. walaupun berjuta maaf yang selalu kumohonkan padamu, dan walaupun kau bilang stok maafmu padaku akan selalu ada dan tak pernah habis, namun tetap tidak bisa menghilangkan bekas itu, kan? bekas itu akan selalu ada dan akan selalu membuatmu sedih, kesal, dan marah saat bekas itu dimunculkan kembali.
mungkin keputusan yang kita buat malam itu sudah tepat. aku dengan segala kelabilanku berpikir bahwa mungkin keberadaanku yang tidak pantas ini hanya bisa membuatmu terbebani, tidak bahagia, dan menyusahkanmu. dan aku merasa bahwa aku bukanlah jawaban atas kebahagiaan yang kau cari selama ini. aku mempersilahkan kau keluar dari sangkar yang selama ini menjadi penghambatmu, terbang mencari kebahagiaan yang lain walaupun sebenarnya rasa ini masih sebesar yang dulu.
selama 3 tahun kita bersama, ketika cerita ini kita ungkit lagi, ternyata kita berdua menangis. kau menangis karena luka hatimu yang kuungkit kembali, dan aku tidak peduli banyaknya manusia yang ada di hadapannku saat itu. ketika ingin menangis, aku mengangis. menangisi segala sikap burukku padamu dan menyadari betapa bodohnya aku. kemudian aku sadar bahwa kisah ini bukanlah kisah cinta yang kamu inginkan selama ini. maaf......
mungkin kau tidak nyaman dengan duniaku. bagimu duniaku hanya penuh dengan penghakiman sehingga kau merasa tidak nyaman karena dihakimi. kau menganggap bahwa duniaku tak menyukaimu. padahal semuanya tidak seperti yang kau pikirkan..
apapun itu aku hanya mengharapkan kebahagiaan bagimu. yang penting kamu bahagia. walaupun bahagiamu bukanlah bersamaku... :)
ada hal yang masih belum ku mengerti tentang kita yang sekarang..
malam itu aku coba menanyakannya padamu, kau bilang aku hanya membuka kembali luka yang telah kau kubur dalam-dalam. padahal kau telah berusaha untuk berdamai dengan masa lalumu, masa lalu kita yang sama sekali tak indah untuk diceritakan...
sore itu kita menyepakati untuk bertemu. di cafe itu. hanya kau dan aku.
sambil menangis kau katakan kembali bahwa aku hanya membuka kembali luka yang telah kau coba untuk kau kubur dalam-dalam. dan ketika itu diungkit kembali, sakit sekali rasanya. kau ceritakan begitu banyak kekurangajaran ku, kejahatanku, perlakuan burukku terhadapmu hingga kau tak bisa melampiaskan emosimu. kau pun menangis.
aku pun sadar. keberadaanku selama ini hanya beban untukmu, hanya bisa membuatmu sedih dan terluka.
jangankan untuk memberi sesendok kebahagiaan, untuk memberikan setetes kebahagiaan pun aku tak sanggup, hingga kau berkata bahwa kau tak tahu bahagia itu seperti apa.
aku tahu, mungkin tidak ada lelaki lain yang mampu memperlakukanku sepertimu. kau begitu baik, begitu sabar menghadapi keanehan serta kelabilanku. kemudian apa balasanku padamu? hanya menggoreskan luka dalam hatimu. aku mungkin tipe wanita yang memiliki begitu banyak ketidakmampuan dan keterbatasan dalam diriku sehingga menjadikanku selalu absen saat kau sedang susah. hingga kau berkata bahwa kini tak ada lagi wanita di dunia ini yang kau percayai selain ibumu.
luka yang ada dalam hatimu mungkin ibarat kayu yang ditancapkan paku. walaupun kemudian paku itu dicabut kembali, namun tetap meninggalkan bekas pada kayu tersebut. walaupun berjuta maaf yang selalu kumohonkan padamu, dan walaupun kau bilang stok maafmu padaku akan selalu ada dan tak pernah habis, namun tetap tidak bisa menghilangkan bekas itu, kan? bekas itu akan selalu ada dan akan selalu membuatmu sedih, kesal, dan marah saat bekas itu dimunculkan kembali.
mungkin keputusan yang kita buat malam itu sudah tepat. aku dengan segala kelabilanku berpikir bahwa mungkin keberadaanku yang tidak pantas ini hanya bisa membuatmu terbebani, tidak bahagia, dan menyusahkanmu. dan aku merasa bahwa aku bukanlah jawaban atas kebahagiaan yang kau cari selama ini. aku mempersilahkan kau keluar dari sangkar yang selama ini menjadi penghambatmu, terbang mencari kebahagiaan yang lain walaupun sebenarnya rasa ini masih sebesar yang dulu.
selama 3 tahun kita bersama, ketika cerita ini kita ungkit lagi, ternyata kita berdua menangis. kau menangis karena luka hatimu yang kuungkit kembali, dan aku tidak peduli banyaknya manusia yang ada di hadapannku saat itu. ketika ingin menangis, aku mengangis. menangisi segala sikap burukku padamu dan menyadari betapa bodohnya aku. kemudian aku sadar bahwa kisah ini bukanlah kisah cinta yang kamu inginkan selama ini. maaf......
mungkin kau tidak nyaman dengan duniaku. bagimu duniaku hanya penuh dengan penghakiman sehingga kau merasa tidak nyaman karena dihakimi. kau menganggap bahwa duniaku tak menyukaimu. padahal semuanya tidak seperti yang kau pikirkan..
apapun itu aku hanya mengharapkan kebahagiaan bagimu. yang penting kamu bahagia. walaupun bahagiamu bukanlah bersamaku... :)
Senin, 25 Juni 2012
Perjalanan yang takkan pernah sama lagi
pagi ini sambil menunggu azan subuh, aku terbaring menatap langit-langit kamarku. pikiranku pun melayang entah kemana. tiba-tiba aku ingat dulu sewaktu ayah masih ada disini. dulu setiap pagi ketika aku masih sekolah aku selalu berangkat sekolah sama ayah. ketika jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi ayah selalu menyuh aku dan adik-adikku untuk lebih cepat agar tidak terlambat. ayah masuk kantor jam 8 pagi dan tidak mau terlambat..
kebiasaan itu pun berlanjut hingga aku kuliah. disaat teman-temanku berangkat dengan kendaraan pribadinya, aku tetap diantar oleh ayah. maklum, jangankan kendaraan roda empat, hingga kini kendaraan roda dua pun aku tak punya.
dengan menggunakan mobil ber plat merah ayah mengantar aku dan adik-adikku ke sekolah setiap pagi. namun karena jarak kampusku paling jauh dari rumah dan dari kantor, ayah menurunkanku di halte labi-labi (angkot), kemudian aku meneruskan perjalanan dengan labi-labi hingga sampai ke depan kampusku, Fakultas Kedokteran tercinta. begitu terus setiap pagi.
kemudian, jika aku pulang kuliah sekitar jam 12 atau jam 1, aku selalu telpon ayah. aku selalu menanyakan ayah sedang dimana? siang ini pulang atau tidak? kalau pulang, aku menunggu di halte depan rumah sakit umum. begitu setiap hari.
dengan menggunakan labi-labi atau damri aku berangkat dari kampus dan turun di halte yang ada di depan rumah sakit. biasanya sebelum aku tiba di halte aku akan menelepon ayah untuk mengabarkan bahwa aku sudah dekat sehingga ayah bisa langsung berangkat dari kantornya yang letaknya tidak terlalu jauh dari RSU ZA. biasanya ketika aku turun di depan halte, ayah sudah ada di sana, atau aku harus menunggu sebentar hingga mobil dinas ayah datang. setelah itu kami akan melanjutkan perjalanan ke daerah pocut baren untuk menjemput adikku yang bersekolah disana. kemudian kami pulang dan menikmati santapan lezat yang dimasak oleh mama dengan penuh cinta. begitu terus setiap hari.
***
satu hal yang sangat aku rindukan saat ini adalah berada di mobil yang sama dengan ayah. duduk di sebelah ayah, mendengarkan siaran berita pagi via radio, menciumi tangan ayah sembari mengucapkan salam dan turun dari mobil. memang hal yang sangat sederhana, tapi ngangenin.
setiap aku berada di dalam mobil bersama ayah, aku selalu memperhatikan tangan ayah, terutama saat ayah mengganti gigi mobil dan ketika memegang stir. tangan ayahku terlihat kurus, dengan tulang-tulangnya dan urat-urat di punggung tangannya yang terlihat menonjol. ayah terlihat mulai tua dan lelah, tapi ayah tidak pernah mengeluh.. :(
***
kemudian memoriku berputar kembali pada sore itu, 8 November 2011. hari idul adha yang ketiga. suatu hari yang tidak akan pernah aku lupa. tanggal yang menjadi turning point bagi kehidupan keluarga kami. saat itu dengan segala keagungannya, sang Maha Pencipta memanggil ayahku. Ya, Ia memanggil ayahku kembali pada-Nya, untuk selamanya. aku lihat tubuh ayahku terbujur kaku. pucat. namun wajahnya tenang sekali, seperti sedang tidur. aku tak bisa melupakan wajah ayah saat itu. kulihat tangannya. kaku, tidak seperti biasanya.
disaat yang lain sedang bersuka cita, bergembira, suara takbir bergema di microphone mesjid, aku dan adikku sedang membaca yasin di sebelah jasad ayahku. aku tak bisa jelaskan bagaimana perasaanku saat itu. hancur.
disaat para jamaah haji lainnya sedang melaksanakan ibadah, ternyata Allah punya kehendak lain. padahal ayah sudah menunggu sekian lama untuk bisa berangkat haji berdua bersama mama. ayah menabung sedikit demi sedikit. setelah mencukupi, ayah mendaftar haji bersama mama. dan padahal saat itu masa tunggu keberangkatannya hanya sekitar 2-3 tahun lagi. tapi ternyata Allah berkehendak lain. tapi setidaknya Allah tau niat dan usaha Ayah untuk dapat menjadi tamu Allah.. :(
aku tak dapat menahan tangisanku ketika melihat jasad ayahku dimasukkan ke dalam tanah. sulit bagiku mendeskripsikan bagaimana perasaanku saat itu. rasanya seperti ada gemuruh di sini. di dalam dada ini. sakit sekali rasanya membayangkan bahwa beliau kini ada di sana, tidak bersama kami lagi.
ketika kami kembali ke rumah, rasanya seperti kosong, hampa. setiap sudut rumah mengingatkan kenangan tentang beliau. rasanya seperti baru kemarin ia duduk di kursi itu, berjalan ke arah dapur, menonton tv bersama disini.. tapi sekarang...........
***
kemudian suara azan menyadarkan aku dari lamunanku. segera aku berwudhu dan menghadap sang khalik. selalu ada tangis di dalam doa ku untuk Ayah. begitupun saat sedang menulis postingan ini. rasanya ada kepiluan yang mendalam dan rindu yang tak berujung untuk Ayah. dan ketika rindu itu datang, aku harus cukup puas dengan mendoakannya, berkomunikasi dengan sang penguasa alam dan dengan bulir-bulir air mata yang tak akan pernah kering untuknya, walaupun hasrat hati sebenarnya ingin memeluknya secara langsung.. :(
***
setiap kali aku naik angkot dan melewati deretan bangku yang ada di sana. batinku selalu berkata "dulu biasanya aku ada di sana, menunggu ayah.."
kini, setiap kali aku melewati halte, aku tidak lagi memencet bel untuk turun. tiada lagi yang aku tunggu di halte itu. angkot terus berjalan. dan perjalanan ini takkan sama lagi...
ah, ayah, mengapa terlalu cepat engkau pergi? walaupun hingga kini aku hanya bisa naik angkot, tapi aku pernah berniat jika aku sukses nanti aku mau beli mobil untuk ayah.. aku ingin ayah lihat hasil perjuanganku, aku ingin ayah juga menikmatinya.. aku ingin ayah bangga karena memilikiku..
dari anakmu yang dulu selalu menunggumu di halte itu,
Silfana Amalia Nasri binti Fadhli Nasri.. :)
kebiasaan itu pun berlanjut hingga aku kuliah. disaat teman-temanku berangkat dengan kendaraan pribadinya, aku tetap diantar oleh ayah. maklum, jangankan kendaraan roda empat, hingga kini kendaraan roda dua pun aku tak punya.
dengan menggunakan mobil ber plat merah ayah mengantar aku dan adik-adikku ke sekolah setiap pagi. namun karena jarak kampusku paling jauh dari rumah dan dari kantor, ayah menurunkanku di halte labi-labi (angkot), kemudian aku meneruskan perjalanan dengan labi-labi hingga sampai ke depan kampusku, Fakultas Kedokteran tercinta. begitu terus setiap pagi.
kemudian, jika aku pulang kuliah sekitar jam 12 atau jam 1, aku selalu telpon ayah. aku selalu menanyakan ayah sedang dimana? siang ini pulang atau tidak? kalau pulang, aku menunggu di halte depan rumah sakit umum. begitu setiap hari.
dengan menggunakan labi-labi atau damri aku berangkat dari kampus dan turun di halte yang ada di depan rumah sakit. biasanya sebelum aku tiba di halte aku akan menelepon ayah untuk mengabarkan bahwa aku sudah dekat sehingga ayah bisa langsung berangkat dari kantornya yang letaknya tidak terlalu jauh dari RSU ZA. biasanya ketika aku turun di depan halte, ayah sudah ada di sana, atau aku harus menunggu sebentar hingga mobil dinas ayah datang. setelah itu kami akan melanjutkan perjalanan ke daerah pocut baren untuk menjemput adikku yang bersekolah disana. kemudian kami pulang dan menikmati santapan lezat yang dimasak oleh mama dengan penuh cinta. begitu terus setiap hari.
***
satu hal yang sangat aku rindukan saat ini adalah berada di mobil yang sama dengan ayah. duduk di sebelah ayah, mendengarkan siaran berita pagi via radio, menciumi tangan ayah sembari mengucapkan salam dan turun dari mobil. memang hal yang sangat sederhana, tapi ngangenin.
setiap aku berada di dalam mobil bersama ayah, aku selalu memperhatikan tangan ayah, terutama saat ayah mengganti gigi mobil dan ketika memegang stir. tangan ayahku terlihat kurus, dengan tulang-tulangnya dan urat-urat di punggung tangannya yang terlihat menonjol. ayah terlihat mulai tua dan lelah, tapi ayah tidak pernah mengeluh.. :(
***
kemudian memoriku berputar kembali pada sore itu, 8 November 2011. hari idul adha yang ketiga. suatu hari yang tidak akan pernah aku lupa. tanggal yang menjadi turning point bagi kehidupan keluarga kami. saat itu dengan segala keagungannya, sang Maha Pencipta memanggil ayahku. Ya, Ia memanggil ayahku kembali pada-Nya, untuk selamanya. aku lihat tubuh ayahku terbujur kaku. pucat. namun wajahnya tenang sekali, seperti sedang tidur. aku tak bisa melupakan wajah ayah saat itu. kulihat tangannya. kaku, tidak seperti biasanya.
disaat yang lain sedang bersuka cita, bergembira, suara takbir bergema di microphone mesjid, aku dan adikku sedang membaca yasin di sebelah jasad ayahku. aku tak bisa jelaskan bagaimana perasaanku saat itu. hancur.
disaat para jamaah haji lainnya sedang melaksanakan ibadah, ternyata Allah punya kehendak lain. padahal ayah sudah menunggu sekian lama untuk bisa berangkat haji berdua bersama mama. ayah menabung sedikit demi sedikit. setelah mencukupi, ayah mendaftar haji bersama mama. dan padahal saat itu masa tunggu keberangkatannya hanya sekitar 2-3 tahun lagi. tapi ternyata Allah berkehendak lain. tapi setidaknya Allah tau niat dan usaha Ayah untuk dapat menjadi tamu Allah.. :(
aku tak dapat menahan tangisanku ketika melihat jasad ayahku dimasukkan ke dalam tanah. sulit bagiku mendeskripsikan bagaimana perasaanku saat itu. rasanya seperti ada gemuruh di sini. di dalam dada ini. sakit sekali rasanya membayangkan bahwa beliau kini ada di sana, tidak bersama kami lagi.
ketika kami kembali ke rumah, rasanya seperti kosong, hampa. setiap sudut rumah mengingatkan kenangan tentang beliau. rasanya seperti baru kemarin ia duduk di kursi itu, berjalan ke arah dapur, menonton tv bersama disini.. tapi sekarang...........
***
kemudian suara azan menyadarkan aku dari lamunanku. segera aku berwudhu dan menghadap sang khalik. selalu ada tangis di dalam doa ku untuk Ayah. begitupun saat sedang menulis postingan ini. rasanya ada kepiluan yang mendalam dan rindu yang tak berujung untuk Ayah. dan ketika rindu itu datang, aku harus cukup puas dengan mendoakannya, berkomunikasi dengan sang penguasa alam dan dengan bulir-bulir air mata yang tak akan pernah kering untuknya, walaupun hasrat hati sebenarnya ingin memeluknya secara langsung.. :(
***
setiap kali aku naik angkot dan melewati deretan bangku yang ada di sana. batinku selalu berkata "dulu biasanya aku ada di sana, menunggu ayah.."
kini, setiap kali aku melewati halte, aku tidak lagi memencet bel untuk turun. tiada lagi yang aku tunggu di halte itu. angkot terus berjalan. dan perjalanan ini takkan sama lagi...
ah, ayah, mengapa terlalu cepat engkau pergi? walaupun hingga kini aku hanya bisa naik angkot, tapi aku pernah berniat jika aku sukses nanti aku mau beli mobil untuk ayah.. aku ingin ayah lihat hasil perjuanganku, aku ingin ayah juga menikmatinya.. aku ingin ayah bangga karena memilikiku..
dari anakmu yang dulu selalu menunggumu di halte itu,
Silfana Amalia Nasri binti Fadhli Nasri.. :)
Kamis, 14 Juni 2012
Jika Aku Menikah Nanti
jika aku menikah nanti... aku ingin menikah di usia 23, 24, atau 25 tahun dan dengan seorang pria yang usianya tidak terlalu berbeda jauh denganku..
bagiku, menikah bukanlah hanya semata-mata hal yang harus dilakukan untuk sekedar hidup bersama pasangan atau untuk melegalkan (maaf) hubungan seks..
menikah itu harus punya visi!
ya. ibaratnya ketika kita menikah, kita sedang mengarungi lautan kehidupan yang luas.
kita ada dalam sebuah bahtera. kita dan pasangan yang menentukan kemana arahnya dan bagaimana mengarunginya.. dan ketika ada badai, maka bagaimana cara menghadapinya adalah tergantung dari kita dan pasangan..
memilih pasangan, pentingkah?
Rasulullah pernah bersabda bahwa pasangan itu dipilih berdasarkan 4 kriteria: hartanya, keturunannya, wajahnya, dan agamanya. maka pilihlah yang beragama, niscaya kamu akan bahagia.
dalam islam sangat dianjurkan untuk mencari pasangan yang beragama. dalam konteks ini yang disebut dengan beragama bukanlah hanya sekedar memiliki agama, namun juga bagaimana ketaatan serta ketakwaannya dalam menjalankan perintah Tuhannya.
jika urusannya dengan Tuhannya yang menciptakannya saja tidak beres, bagaimana dengan urusan-urusan yang lain?
bagiku, suami yang baik agamanya adalah suatu keharusan. menjadi suami bukanlah hanya sekedar urusan menafkahi lahir-batin. menjadi suami adalah menjadi imam, bukan hanya imam di dunia, namun juga imam yang dapat menuntun keluarganya menuju surga. karena di akhirat kelak, seorang suami harus mempertanggungjawabkan perbuatannya kepada Tuhan mengenai keluarganya.
selain masalah agama, masalah ilmu dan akhlak juga tidak kalah pentingnya.
laki-laki yang memiliki keistimewaan adalah laki-laki yang memiliki ketakwaan serta kesalihan akhlak. ia mengetahui hukum-hukum Allah mengenai bagaimana cara memperlakukan istri dan anak-anaknya, menjaga kehormatan dirinya, keluarga dan agamanya, sehingga dengan demikian ia dapat menjalankan kewajibannya secara sempurna sebagai suami, mendidik anak, dan memenuhi kebutuhan keluarganya dengan harta yang halal.
mengenai harta dan wajah, itu tidak menjadi prioritas utamaku.
bagiku, harta bisa dicari jika mau berusaha. karena sesungguhnya rezeki dari Allah pasti akan datang kepada hambanya yang bersungguh-sungguh.
dan mengenai wajah, jika hatinya baik, maka wajahnya pasti akan terlihat menarik.. :)
menjadi ibu rumah tangga, kenapa tidak?
mungkin bagi sebagian besar wanita ingin tetap bekerja setelah memiliki anak. menjadi wanita karir (mungkin) kelihatannya lebih keren dan prestisius jika dibandingkan dengan menjadi ibu rumah tangga.
menjadi wanita karir akan selalu berpenampilan rapi dan wangi, sedangkan menjadi ibu rumah tangga kesannya adalah berbaju daster dan bau asap dapur. begitulah kira-kira.
sebagian besar wanita berpikir bahwa ia pastilah bisa menyeimbangkan antara karir, rumah, dan suami. tapi kenyataannya tidak seindah apa yang dibayangkan. pasti akan ada salah satu pihak yang dikorbankan. dalam konteks ini biasanya yang menjadi korban adalah anak.
bagiku, pekerjaan paling mulia di dunia adalah menjadi ibu rumah tangga.
aku tidak butuh materi, aku hanya ingin membangun keluarga yang baik dari rumah..
aku ingin mendidik anak-anakku agar dapat menjadi sukses..
aku ingin mendidik anakku agar tidak salah gaul..
aku ingin membuatkan bekal makanan untuk anakku,
menyambutnya dengan hangat ketika ia pulang,
mendengar ceritanya sepulang sekolah,
membantunya membuat pekerjaan rumah,
menemaninya menonton TV,
membacakan dongeng sebelum ia tidur,
mengecup keningnya..
aku ingin menjadi istri yang baik suamiku, dan ibu yang baik bagi anak-anakku..
bagiku, kesuksesan dalam hal materi itu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kesuksesan dalam mendidik anak menjadi anak yang sukses.
karena sesungguhnya dibalik anak yang sukses ada ibu yang luar biasa.
anak adalah amanah dari Allah yang nantinya pasti akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah. bagaimana anak kita nantinya, ya tergantung bagaimana kita membentuknya..
aku tak ingin menelantarkan anak-anakku sehingga mereka mencari kesenangan lain dan terjerumus dalam hal-hal yang negatif..
Seandainya harus bekerja pun, aku ingin pekerjaan yang tidak terlalu menguras waktu dan dapat bisa bersama dengan anak-anakku..
... because your children need your presence (kehadiran) more than your presents (hadiah)..
Langganan:
Postingan (Atom)