Cinta memang aneh. Tiba-tiba saja ada, tiba-tiba saja muncul tak terduga, lalu menjerat hati dalam jalinan perasaan yang halus dan sulit diuraikan.
Biarlah dunia mengetahui perasaanku padanya melalui tulisan-tulisanku tentangnya. Ia adalah anonym. Akan selalu anonym dalam setiap tulisanku. Tak perlu berspekulasi, tak perlu mencari tahu, cukup baca dan pahami.
***
Aku tak pernah tahu bagaimana
takdir ini bisa membawaku padanya. Tak pernah terpikirkan sebelumnya hati ini
akan tertambat padanya. Ya, aku tak pernah tahu mengapa dan bagaimana waktu
mampu menenggelamkanku padanya.
Namun entahlah, hati ini begitu
bergemuruh akhir-akhir ini. Aku tahu aku pernah merasakan perasaan yang seperti
ini sebelumnya. Ketakutan pun menyeruak. Bukan karena dulu aku pernah kecewa,
namun aku takut mencintai di saat yang tidak tepat, ketika cinta datang bukan
pada waktunya.
Lamunanku pun kembali tak tentu
arah. Sungguh, begitu banyak kenangan yang terukir. Ada seseorang yang begitu
berbeda. Pertama melihatnya biasa saja, namun akhir-akhir ini sosoknya selalu
mampu mendebarkan hati ini, membuatku mendambakan berhentinya waktu setiap kali
bersamanya, berbicara dengannya, atau bahkan saat tak sengaja bertatapan mata
dengannya.
Semakin lama aku mengenalnya,
semakin aku merasa ada sesuatu yang berbeda. Aku mengaguminya, mengagumi
sosoknya yang begitu menghargai wanita, tutur katanya yang santun, serta
pengetahuannya yang begitu luas. Namun yang paling aku sukai darinya adalah
ketaatannya kepada Sang Maha Pencipta. Sungguh, bukannya aku membeda-bedakan,
namun ia memang berbeda.
Aku tahu tak ada yang perlu
ditakutkan. Cinta itu fitrah dan atas kehendak Sang Maha Kuasa. Kita tak dapat
menolaknya, namun yang jadi masalah adalah bagaimana cara kita menyikapinya.
Kucoba menyerahkan segalanya kepada
sang Maha membolak-balikkan hati. Aku tak ingin terjebak dalam cinta semu yang
dapat menjauhkan aku dari-Mu. Kucoba menitipkan ia pada-Mu disaat penjagaanku
tak sampai kepadanya.
Sebaris waktu aku mengenalnya, ia
mengajariku banyak hal. Ia sering menasehatiku dikala aku lemah, memberikan
masukan-masukan positif dalam langkahku, dan selalu mengingatkanku dalam
kebaikan. Tak ada yang bisa aku lakukan selain mengadu pada Rabb-ku dalam
barisan doa setiap kali rasa ini menyeruak. Aku paham jika Allah menghendaki,
suatu saat nanti kami akan bertemu kembali di waktu yang tepat dan dalam
keadaan yang siap.
Aku tak ingin ada janji dan
komitmen sebelum waktunya. Aku tak ingin ada kata cinta dan rindu sebelum
waktunya. Aku tak ingin ada yang memberatkan jika mungkin suatu saat nanti
Engkau berkehendak lain, jika nanti mungkin ia menemukan perempuan yang lebih
shalihah, atau jika perasaan ini hilang dengan sendirinya.
Aku pun mulai berkaca. Aku bukan
bidadari surga nan jelita yang Engkau kirimkan untuk laki-laki saleh. Aku hanya
wanita biasa yang selalu ingin memperbaiki diri, menebus segala kesalahan yang
pernah tergores dalam kisah hidupku. Biarlah Allah yang menjaga aku dan dia. Aku
yakin bahwa memanglah Allah sebaik-baiknya penjaga. Aku hanya mampu menahan
semua rasa dalam diam. Semakin aku mengaguminya, semakin enggan aku ‘tuk mendekatinya.
Aku ingin menyayanginya dengan cara menjaga kehormatannya.
Jika suatu saat nanti waktu akan
memisahkan aku dan dia, tak ada yang perlu diakhiri, karena kita memang tak
pernah memulainya. Satu hal yang harus ia tahu bahwa hanya dengan mengenalnya
saja itu sudah cukup membuatku merasa bahagia. Ya, bahagia itu memang
sederhana, sesederhana angin yang sayup-sayup yang akan membawa berita bahwa ia
berada dalam lindungan-Mu, dan sesederhana senyum yang terukir tatkala melihat
satu demi satu impiannya yang tercapai di masa yang akan datang.
***
Bolehkah menyatakan kerinduan? Perasaan kepada seseorang?
Tentu saja boleh. Tapi jika kita belum siap untuk mengikatkan diri dalam hubungan yang serius, ikatan yang bahkan oleh negara pun diakui dan dilindungi, maka sampaikanlah perasaan itu pada angin saat menerpa wajah, pada tetes air hujan saat menatap keluar jendela, pada butir nasi saat menatap piring, pada cicak di langit-langit kamar saat sendirian dan tak tahan lagi hingga boleh jadi menangis.
Dan jangan lupa, sampaikanlah perasaan itu pada yang maha menyayangi. Semoga semua kehormatan perasaan kita dibalas dengan sesuatu yang lebih baik. Semua kehati-hatian, menghindari hal-hal yang dibenci, akan membawa kita pada kesempatan terbaik. Semoga.
― Tere Liye
Ah, this post looks so interesting! Wish I could understand! ;n; (Your bio is really interesting, though!)
BalasHapusWould you like to follow each other on GFC/Bloglovin? Junniku blog [Click!]
- A Korean fashion, beauty and lifestyle blog!