saat lagi nulis postingan ini, aku baru aja selesai nonton "HELLO STRANGER"..
bela2in pengen bgt nonton film ini.. dan thanks God, akhirnya bisa di download.. fiuuhhh,,, -__-'
u know what?
i am speechless now !
endingnya itu lohhh...
gantung bgt... :(
ceritanya gini,
Menentukan tempat berlibur memang tak mudah. Harus ada alasan kuat agar liburan ini tak jadi sesuatu yang membosankan. Sebagian memilih tempat berlibur yang menjanjikan lokasi belanja yang murah sementara yang lain lebih suka ke tempat terasing yang jauh dari keramaian. Apapun alasannya, yang jelas tak mungkin berlibur tanpa tujuan jelas.
Kalau karakter yang diperankan Neungtida Sophon memilih berlibur di Korea dengan tujuan yang jelas, karakter yang diperankan oleh Chantavit Dhanasevi justru malah tak punya tujuan yang pasti. Dua orang ini memang tak saling kenal namun meskipun tak saling kenal, keduanya ternyata menemukan kecocokan.
Sang cewek berlibur ke Korea karena ia memang tergila-gila semua yang berbau Korea, terutama drama televisi Korea. Sang pria hanya ingin berlibur agar ia tak kesepian. Saat bertemu, dua orang asing ini memilih untuk tidak saling menyebutkan nama karena mereka tak ingin merasakan beratnya perpisahan. Nyatanya, dengan atau tanpa nama, dua orang ini seolah memang ditakdirkan untuk bersama.
Kalau karakter yang diperankan Neungtida Sophon memilih berlibur di Korea dengan tujuan yang jelas, karakter yang diperankan oleh Chantavit Dhanasevi justru malah tak punya tujuan yang pasti. Dua orang ini memang tak saling kenal namun meskipun tak saling kenal, keduanya ternyata menemukan kecocokan.
Sang cewek berlibur ke Korea karena ia memang tergila-gila semua yang berbau Korea, terutama drama televisi Korea. Sang pria hanya ingin berlibur agar ia tak kesepian. Saat bertemu, dua orang asing ini memilih untuk tidak saling menyebutkan nama karena mereka tak ingin merasakan beratnya perpisahan. Nyatanya, dengan atau tanpa nama, dua orang ini seolah memang ditakdirkan untuk bersama.
Kita kadang merasa lebih nyaman, lebih jujur, dan lebih tulus kepada orang lain yang tidak kita kenal, daripada kepada teman, sahabat, pasangan, atau orang terdekat kita lainnya. Ada semacam "barrier" yang kadang membuat kita merasa tidak nyaman ketika kita berinteraksi dengan orang-orang terdekat, karena kita harus menjaga perasaan orang-orang yang kita sayangi tersebut agar tidak terluka.
Contoh gampangnya, acara curhat di radio pernah (atau masih?) populer dilakukan, karena si penyurhat merasa nyaman dan aman, berlindung dalam anonimitas. Dengan anonim, kita kadang merasa lebih bebas dan nyaman, bukan?
Film Hello Stranger menggambarkan apa yang saya ungkapkan di atas: kita bisa berbuat lebih jujur dan apa adanya kepada orang yang tidak kita kenal.
Memang rasanya kurang masuk akal, namun apa yang digambarkan dalam film ini cukup logis. Bertemu di negara asing, sendirian, dan perasaan senasib, membuat Chantawich Tanasewi (pemeran utama pria) dan Nuengtida Sopon (pemeran utama wanita) menjadi dekat, namun tetap menjaga diri agar tetap berjarak.
Mereka pun sepakat untuk tidak saling mengenal lebih jauh, bahkan untuk saling tahu nama, agar pada pertemanan singkat mereka ini, mereka bisa lebih bebas, jujur, tulus, bahkan melakukan hal-hal tolol, tanpa perlu menjaga perasaan masing-masing.
Namun rupanya takdir berbicara lain. Namanya juga film romantis, perjalanan mereka pun akhirnya menimbulkan benih-benih cinta di antara mereka, meski sekali lagi, mereka tetap berusaha menjaga jarak.
Apakah kisah mereka berakhir happy ending, atau bahkan sad ending? Banjong Pisanthanaku rupanya lebih suka menyerahkan ending ini kepada pemirsa. Ia mengakhiri film komedi-romantis ini layaknya film horor bikinannya: tak terduga dan menggantung. Aha, sedikit spoiler di sini.
Selain cinta, film ini memberikan sentilan-sentilan segar akan situasi yang tengah berkembang di Thailand. Serbuan film-film drama Korea yang termehek-mehek bikin mewek, rupanya bisa menjadi bahan yang menarik untuk difilmkan. Lihat saja ulah fans yang lebay ketika mengunjungi lokasi-lokasi syuting (yang dengan jeli dijadikan obyek wisata baru), menjadi sindiran yang dalam banget.
Bandingkan saja dengan film-film kita, yang sepertinya jalan di tempat, dengan ide yang itu-itu saja, meski ada beberapa yang bagus, namun rasanya belum banyak yang berakar dari kondisi dan situasi negeri kita.
Humor-humor segar yang nampol banget (terutama bagi penggemar film drama Korea) sukses membuat saya ngakak.
Belum lagi soal culture-shock, karena film ini juga sedikit mengangkat kehidupan pejalan, yang mana bagi pejalan macam saya, pernah merasakan kelucuan serupa akibat kesalahpahaman bahasa.
Contoh gampangnya, acara curhat di radio pernah (atau masih?) populer dilakukan, karena si penyurhat merasa nyaman dan aman, berlindung dalam anonimitas. Dengan anonim, kita kadang merasa lebih bebas dan nyaman, bukan?
Film Hello Stranger menggambarkan apa yang saya ungkapkan di atas: kita bisa berbuat lebih jujur dan apa adanya kepada orang yang tidak kita kenal.
Memang rasanya kurang masuk akal, namun apa yang digambarkan dalam film ini cukup logis. Bertemu di negara asing, sendirian, dan perasaan senasib, membuat Chantawich Tanasewi (pemeran utama pria) dan Nuengtida Sopon (pemeran utama wanita) menjadi dekat, namun tetap menjaga diri agar tetap berjarak.
Mereka pun sepakat untuk tidak saling mengenal lebih jauh, bahkan untuk saling tahu nama, agar pada pertemanan singkat mereka ini, mereka bisa lebih bebas, jujur, tulus, bahkan melakukan hal-hal tolol, tanpa perlu menjaga perasaan masing-masing.
Namun rupanya takdir berbicara lain. Namanya juga film romantis, perjalanan mereka pun akhirnya menimbulkan benih-benih cinta di antara mereka, meski sekali lagi, mereka tetap berusaha menjaga jarak.
Apakah kisah mereka berakhir happy ending, atau bahkan sad ending? Banjong Pisanthanaku rupanya lebih suka menyerahkan ending ini kepada pemirsa. Ia mengakhiri film komedi-romantis ini layaknya film horor bikinannya: tak terduga dan menggantung. Aha, sedikit spoiler di sini.
Selain cinta, film ini memberikan sentilan-sentilan segar akan situasi yang tengah berkembang di Thailand. Serbuan film-film drama Korea yang termehek-mehek bikin mewek, rupanya bisa menjadi bahan yang menarik untuk difilmkan. Lihat saja ulah fans yang lebay ketika mengunjungi lokasi-lokasi syuting (yang dengan jeli dijadikan obyek wisata baru), menjadi sindiran yang dalam banget.
Bandingkan saja dengan film-film kita, yang sepertinya jalan di tempat, dengan ide yang itu-itu saja, meski ada beberapa yang bagus, namun rasanya belum banyak yang berakar dari kondisi dan situasi negeri kita.
Humor-humor segar yang nampol banget (terutama bagi penggemar film drama Korea) sukses membuat saya ngakak.
Belum lagi soal culture-shock, karena film ini juga sedikit mengangkat kehidupan pejalan, yang mana bagi pejalan macam saya, pernah merasakan kelucuan serupa akibat kesalahpahaman bahasa.
Overall menurut gw filmnya bagus bagus bagus. 9/10 lah. 10/10 deh kalo nonton dengan orang yang tepat. Huahahaha
Ceritanya ringan, enak, mengalir. Ga kerasa lah 130 menit, ga bikin bosen. Mengaduk-aduk emosi, ngakak-ngakak terus sedih, ngakak-ngakak-ngakak terus sedih, terus ngakak-ngakak lagi deh. Pemainnya oke (dan oh gw ga nyangka ternyata si cowo itu 9 tahun lebih tua dari si cewe di dunia asli. sumpah, ini baru namanya awet muda!). Soundtrack nya oke. Belum lagi pemandangan Korea yang baguuus bagus bagus.
Adegan paling gw suka di film ini tuh pas si cewe KAYANG di akhir lagu “Sorry, Sorry” nya Super Junior pas lagi di bar gtu. Dahsyat lah. Jago banget!
Abis nonton film ini SUNGGUH gw pengen ke luar negeri sendirian. Ketemu cowo keren dan berpetualang bersama. #ngasal
Sungguh gw pengen ke Korea sendirian! Ke Seoul Tower untuk pasang gembok pasangan. Ke Nami Island untuk liat patung Bae Yong Jun nya Winter Sonata. Ke tempat syutingnya Princess Hours. Pake baju kembaran sama si stranger. Maen roulette, menang jutaan won, bergaya cem milyarder, dan keliling Korea pake mobil Porsche. Ke museum dinosaurus. Makan jajjangmyun. Minum soju. Tiduran di tengah jalan sambil ngeliat bintang-bintang. Loncat-loncat di tengah salju pake *****. (oke, ini mulai aneh. sebaiknya gw hentikan -_- )
Daripada makin ngaco, sekian aja lah review asal dari gw. Pokoknya filmnya highly recommended. :D
Ceritanya ringan, enak, mengalir. Ga kerasa lah 130 menit, ga bikin bosen. Mengaduk-aduk emosi, ngakak-ngakak terus sedih, ngakak-ngakak-ngakak terus sedih, terus ngakak-ngakak lagi deh. Pemainnya oke (dan oh gw ga nyangka ternyata si cowo itu 9 tahun lebih tua dari si cewe di dunia asli. sumpah, ini baru namanya awet muda!). Soundtrack nya oke. Belum lagi pemandangan Korea yang baguuus bagus bagus.
Adegan paling gw suka di film ini tuh pas si cewe KAYANG di akhir lagu “Sorry, Sorry” nya Super Junior pas lagi di bar gtu. Dahsyat lah. Jago banget!
Abis nonton film ini SUNGGUH gw pengen ke luar negeri sendirian. Ketemu cowo keren dan berpetualang bersama. #ngasal
Sungguh gw pengen ke Korea sendirian! Ke Seoul Tower untuk pasang gembok pasangan. Ke Nami Island untuk liat patung Bae Yong Jun nya Winter Sonata. Ke tempat syutingnya Princess Hours. Pake baju kembaran sama si stranger. Maen roulette, menang jutaan won, bergaya cem milyarder, dan keliling Korea pake mobil Porsche. Ke museum dinosaurus. Makan jajjangmyun. Minum soju. Tiduran di tengah jalan sambil ngeliat bintang-bintang. Loncat-loncat di tengah salju pake *****. (oke, ini mulai aneh. sebaiknya gw hentikan -_- )
Daripada makin ngaco, sekian aja lah review asal dari gw. Pokoknya filmnya highly recommended. :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar