sekedar info, dalam tes proyektif ini, kita disuruh untuk menggambar. tes proyektif ini bentuknya macem2, ada yang tes wartegg, ada tes DAP (draw a person), DAT (draw a tree), tes rorschah, tes yang disuruh gambar rumah, dll.. tes proyektif ini tujuannya untuk melihat kepribadian kita. dalam tes ini kita ga bisa boong. semuanya bakalan ketahuan, mulai dari kepribadian, orientasi seksual, gangguan2 yg dimiliki, serta dari tes ini bisa ketahuan apa kita pernah mengonsumsi narkoba, dan lain sebagainya.
saya sendiri sangat tertarik dengan yang namanya tes proyektif. selain belum pernah dan ingin nyoba, tes ini juga sebagai bahan pembelajaran, soalnya suatu saat kami juga bakalan melakukan tes seperti ini. kebetulan yg di tes kemarin itu tes BAUM, SSCT, sama wartegg..
di SSCT kita di kasi berbagai macam pertanyaan. kalo di wartegg, ada beberapa bentuk, dan kita disuruh kembangkan sesuai imajinasi kita. sedangkan di BAUM, aku disuruh gambar orang, rumah, sama pohon. setelah nunggu sekian lama, finally i got the result. ini dia:
di dalam keluarga, interaksi subjek dengan anggota keluarganya baik-baik saja. subjek memberikan penghargaan yang khusus untuk sosok ibu yang mungkin bagi dirinya adalah sebagai tempat yang nyaman dan aman untuk berlindung.
iya, saya memang mengagumi mama saya yang serba bisa, cantik, multi talented, dan gaya saya berkomunikasi dengan mama sama seperti gaya komunikasi dengan teman2 saya. kami di rumah ngomong "aku" dan "ke (kamu)", kalo ada apa2 di kampus, tentang teman2 dan pacar, saya cerita ke mama, saling mengolok2 karena gendut, serta kadang2 saya mengkritik mama secara langsung dan terang2an. misalnya saat mama yang ga bagus pake baju (potongan baju ga sesuai sama bentuk badan), atau lipstik mama yang terlalu merah bak cabe, saya langsung bilang "apaan sih pake lipstik kayak gitu? merah kali. keliatan tua, cem nenek-nenek aja. bagusnya pake yang warna natural aja kayak warna soft pink, atau sedikit orange, itu jauh lebih bagus keliatannya. ga usah lagi pake lipstik merah kayak gitu. jelek kali, nampak tua" dan bagi kami itu adalah sesuatu yang wajar, dan kami ga akan tersinggung kalo dikritik kayak gitu.
... berbeda halnya dengan sosok ayah yang mana bagi subjek mempunyai sikap dingin, tidak terbuka, serta kurang menyenangkan. meskipun demikian, subjek dapat menerima keadaan keluarganya dengan baik.
dalam lingkungan sosial di luar keluarga, subjek adalah orang yang tertutup dan agak sulit dalam berinteraksi dengan lingkungan. hal tersebut mungkin dikarenakan oleh pengalaman masa lalu yang mana terkadang dalam lingkungan sosial maupun belajar tidak mendukung subjek untuk berinteraksi..
kali ini ada benarnya, ada juga yang kurang benar.
sedikit flashback, waktu aku masih SD, aku membenci beberapa anak perempuan yang satu kelas denganku. mereka sok cantik (padahal apa yang mesti dibanggain dari kecantikannya? cantik banget juga enggak!), sok kaya, sok perfect, suka ngomongin orang dibelakang, dan pilih2 teman. mereka hanya mau berteman dengan yang sama seperti mereka, dan menyisihkan teman2 lain yang mereka anggap tidak selevel dengan mereka, misalnya anak tukang becak, anak yang kurang pandai dalam pelajaran, dll. sedangkan aku, aku berteman dengan mereka yang disisihkan, mereka yang tersakiti. aku bukan orang yang pemilih dalam berteman. saat kita berteman, yang penting kita nyaman dengan dia, ga penting dia anak siapa dan punya apa, yang penting kita nyaman.
teman2ku yang sok perfect ini sangking sombong nya sampai2 tidak mau kalo kerja kelompok, buat PR, bahkan ga mau berbagi ilmu dengan mereka yang tersisihkan ini. karena aku kasian, jadi aku bantu mereka. aku bermain dengan mereka, berteman dengan teman2 mereka, dengan tetangga mereka, dengan saudara2 mereka, kalo ada PR aku bantu mereka, mereka datang ke rumah buat PR sama-sama. mereka makan di rumah, bahkan mamaku sampai ngebayarin uang les temenku yang kurang mampu. aku dari kecil dibiasakan untuk hidup sederhana dan berderma terhadap orang lain.
waktu aku masih kecil (masih SD), aku lebih suka berteman dengan teman laki2 daripada teman perempuan. teman laki2 tidak pemilih, tidak suka ngomongin dari belakang, mereka fleksibel, dan berteman ya 'pure' berteman untuk main2, ga ada buat gank2 gitu. punya teman laki2 itu seru! makanya aku lebih jago main bola, main kasti, skipping, dan badminton dibandingkan menari, main karet tinggi, main keong, dan pekerjaan2 feminim lainnya.
setelah aku tamat SD aku bahagia punya teman2 SMP dan SMA yang baik-baik, kompak dan menyenangkan. dan saat lulus UMB, aku lulus di psikologi. aku cek nama temen2ku yang sok perfect dan pemilih itu. nama mereka tidak ada di daftar lulus UMB. saat lulus SNMPTN, aku lewat di fakultas hukum. aku cek nama temen2ku, dan aku juga tidak menemukan nama mereka di daftar yang lulus SNMPTN. terbukti, mereka yang sombong2 itu tidak lebih baik dari aku. setidaknya tidak lebih baik dari segi kualitas intelektual. cuma bisa sombong2 doang kayak mental kerupuk; dari luar keliatan gede, pas diremas udah hancur.
hal tersebut juga didukung pada gambar yang dibuat oleh subjek, yaitu banyaknya shading pada DAP maupun BAUM serta lanjutan kalimat2 dalam SSCT dan fokusnya subjek dalam menyelesaikan wartegg yang mana seolah2 subjek sibuk dengan dunianya.
iya! aku kadang sibuk dengan duniaku sendiri. saat lagi di kamar, aku internetan, update berita terbaru, buat tugas, belajar untuk besok, menggambar, buat sketch wajah orang, mendesain pakaian, berusaha memecahkan soal dengan rumus fisika, menyelesaikan soal matematika, melatih kemampuan bahasa inggris dan jerman, serta menganalisa kajian geografi; mengapa ini dan itu bisa terjadi, bahkan dulu aku pernah bercita2 pengen kerja di BMG, dan paling sering aku berpikir tentang asal usul bumi. aku ga percaya dengan teori big bang, teori asal usul bumi. dan aku juga penasaran dengan luar angkasa, menganalisa dengan teori relativitas einstein, dengan rasa ingin tahu yang besar, aku juga sering mengukur berapa volume bak mandi di rumah orang, berapa luas rumahnya, bahkan sebelum saya pulang kampung, saya dapat mengestimasi dengan tepat kapan, jam berapa saya akan tiba ke kampung dengan mengestimasi kecepatan kendaraan, estimasi lama istirahat, serta jarak dari tempat saya ke tempat tujuan dengan peta yang sudah disesuaikan dengan skala, kemudian mengkalkulasikannya. dan alhamdulillah tepat!
hal yang sama juga saya lakukan saat pacar saya melakukan perjalanan dari bandung ke banda aceh dengan menggunakan mobil. tiba2 saya nelpon dia, i said "you must be in Palembang now. right?"
dia jawab: "hah? kok tau?"
aku bilang: "tau lah pokoknya. i dont have GPS or anything else. i only use my own brain."
hari berikutnya...
me: "lagi apa yank?"
my bf: "lagi istirahat ni di SPBU sama bapak. abis isi bensin sekalian ke toilet bentar."
me: "oh, lagi di pekanbaru ya kan? oia, kami perkirakan adun bakalan nyampe ke banda aceh 2 hari lagi. tepatnya sekitar jam 6 sore."
my bf: kok tau?
me: yaa hanya memperkirakan saja. liat aja nanti.
2 hari kemudian, jam 7 , abis magrib i called him.
me: uda nyampe bna yank?
my bf: udah tadi.
me: jam berapa?
my bf: jam 6.15.. betul prediksinya, nda. :)
yeah, saya sangat suka dengan fisika!!!
mungkin karena saking freaknya dengan fisika, belajar, menggambar, mendesain, buat tugas, memecahkan soal, internetan, update berita terbaru, berpikir tentang kehidupan.. aku sering di cap oleh keluargaku bahwa aku sombong, cuek dan ga pedulian sama keadaan di sekitar.. mereka pikir aku mengurung diri di dalam kamar, ga keluar2, ga makan bersama, saat orang lain sudah tidak makan, aku baru keluar kamar untuk makan sendiri. mereka pikir aku gila, mereka pikir aku sibuk dengan duniaku. tapi ya beginilah adanya..
dalam hal kecerdasan, intelektual subjek tergolong sangat baik. subjek mampu berkonsentrasi dengan baik serta tidak mudah terpengaruhi oleh stimulus luar, meskipun awalnya lambat dalam berpikir dan sulit untuk memahami sesuatu, namun subjek dapat membuat strategi tersendiri untuk menyelesaikannya secara mandiri dan tidak mudah tergantung pada yang lain.
iya, awalnya saat diterangkan aku memang lambat dan sulit memahami. kenapa? karena saat guru menerangkan, aku tidak langsung mencerna bulat2 terus masuk plong begitu saja. tetapi aku mengaitkannya dengan sesuatu dan mencari sampai ke akar2nya. misalnya walaupun aku lemah dalam pelajaran sejarah, tapi tetap butuh waktu untuk menganalisa supaya mengerti.
misalnya saat guru menceritakan tentang revolusi perancis, walaupun agak lama, tetapi kemudian aku berpikir, ini pasti ada hubungannya sama revolusi di inggris, pasti ada hubungannya kenapa napoleon kemudian sampai diasingkan ke pulau st helena, yaitu pulau kecil, terpencil yang masih merupakan wilayah kekuasaan inggris. sebelumnya aku pernah baca novel tentang kedekatan napoleon dan betsy di pulau st helena. aku inget, dulu octa yg pinjemin novel ini untukku. :)
terus kalo misalnya pelajaran matematika & fisika, kalo kadang pikiranku udah buntu, aku suka nyari 'shortcut' alias jalan pintas supaya pembahasannya bisa diselesaikan dengan lebih simpel. aku ga akan give up sebelum bisa memecahkan soalnya, menemukan jawabannya.
tapi ya itu dia kelemahanku.. kelemahanku adalah misalnya saat lagi belajar , lagi diterangkan terus di tanyain tiba2, pasti lama bgt mikirnya. ya karena itu tadi, masa lagi berpikir malah ditanya, kan buyar konsentrasinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar