Jumat, 18 Juni 2010

analisa psikologis tentang kekalahan jerman vs serbia di world cup 2010


jika Anda adalah seorang fans fanatik sebuah klub bola, kekalahan adalah sesuatu yang menyakitkan. Sama menyakitkannya saat saya menyaksikan kekalahan jerman yang ditekuk oleh Serbia pada hari jumat (18/6).


jerman adalah salah satu tim yang dijagokan sebagai kandidat juara dalam World Cup 2010. dengan para pemain yang masih muda dan enerjik, serta permainan yang sistematis mengantarkan jerman kepada kemenangan mutlak atas australia dengan skor 4-0 pada liga perdana grup D di stadion Moses Mabhida, minggu (13/6) lalu.


kemenangan tanpa balas ini lantas menimbulkan euforia, tidak hanya kepada tim yang terkenal dengan julukan der panser itu, namun juga kepada para fansnya. gol-gol indah yang tercipta dari tendangan podolski, klose, muller dan cacau semakin membuat tim yang dilatih oleh Joachim Loew berada di atas angin. mereka pun sangat yakin dapat mengalahkan Serbia pada laga berikutnya.


namun kenyataan berkata lain. euforia yang terlalu dini membuat jerman begitu optimis sehingga tidak menyadari bahwa Serbia adalah lawan yang kuat. ditambah lagi dengan kartu merah yang diterima oleh Klose pada menit ke 36 membuat jerman terpaksa harus bermain dengan 10 pemain.


Kubu Serbia langsung memanfaatkan kelebihan pemain ini. dimenit ke-38 Milan Jovetic menceploskan gol ke gawang yang di jaga oleh Manuel Neuer, yang membuat Serbia unggul dengan skor 1-0. sementara jerman, terus berusaha untuk menyeimbangkan permainan dengan hanya mengandalkan 10 pemain.


sebenarnya sangat banyak peluang yang dapat digunakan jerman untuk mencetak gol ke gawang lawan. namun faktor kekurangan pemain ini menyebabkan mental pemain jerman menjadi down. ditambah lagi klose yang dikeluarkan dari lapangan secara tidak hormat adalah salah satu striker jerman yang produktif dalam mencetak gol ke gawang lawan, dan para pemain jerman yang dikenai kartu kuningpun harus bermain dengan ekstra hati-hati agar tidak dikenai kartu merah.


Di babak kedua Jerman tidak bermain jelek. Tercatat beberapa kali Jerman memiliki kesempatan mambalas gol, namun tidak membuahkan hasil. sering sekali ketika salah satu pemain jerman telah mengiring bola ke arah gawang Serbia, sang pemain tidak memiliki rekan yang berada di dekatnya untuk membagi bola. alhasil, gol yang didamba pun gagal tercipta.


Jerman memiliki kesempatan emas ketika Podolski mendapatkan penalty. Namun sayang sekali, kesempatan  tersebut harus sirna begitu saja. arah tendangan podolski dapat dibaca oleh kiper serbia. podolski menendang dengan menggunakan kaki kiri, sehingga dapat diprediksi bahwa tendangannya tidak mungkin mengarah ke sebelah kanan gawang.


situasi ini menimbulkan beban psikologis kepada tim jerman. selain kecewa, sebagai tim yang diunggulkan mereka diharuskan untuk dapat menaklukkan Serbia yang tidak terlalu dijagokan di Piala Dunia 2010 ini.



Bagaimana sebuah kekalahan dapat dipahami dan dirasakan oleh para fans? Umumnya, orang akan merasakan kepahitan yang mendalam saat peluit akhir ditiup. Ah, sial, kampret, bego! Itu mungkin ungkapan spontannya.

kemudian mereka akan merekam ulang kejadian-kejadian yang baru saja lewat dalam benaknya atau dari tayangan ulang, lalu membuat "pengandaian-pengandaian" atas peluang yang dilewatkan tapi tak berbuah gol. "Andai saja tendangannya sedikit melengkung, andai saja tendangannya tadi tidak terlalu kuat dan agak melengkung ke bawah. Andai saja ini, dan andai saja itu..."

yang namanya pertandingan pastilah ada yang menang dan kalah, dan kekalahan adalah sesuatu yang wajar. seperti yang tersirat dalam teori psikoanalisa yang dikemukakan oleh Sigmund freud tentang mekanisme pertahanan diri Sublimasi, bahwa ada kalanya kekalahan itu dapat bermakna positif jika pihak yang kalah dapat menerima kekalahan itu sebagai 'pukulan' dan juga sebagai motivasi agar dapat bertanding dengan lebih baik lagi ke depannya. tidak hanya bagi jerman, namun juga bagi tim-tim lain yang diunggulkan. semoga... :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar