9 Agustus 2015
2:14 a.m.
Dear AF,
Jika suatu saat nanti kamu membaca tulisan ini, aku ingin kamu tahu tentang hal-hal yang mungkin belum kusampaikan padamu.. Hal-hal yang sebenarnya ingin kusampaikan langsung padamu seandainya saja kita punya lebih banyak waktu untuk bersama.
Dear AF, kau pasti tahu perasaanku padamu. Sudah ku sampaikan padamu beberapa kali, sudah beberapa kali juga kau tanyakan padaku, dan sudah beberapa kali pula aku sampaikan bahwa itu kamu, kamu, dan kamu. Kau anggap aku bercanda, main-main. Padahal, mana pernah aku main-main dengan yang namanya perasaan? Bagiku, urusan hati bukanlah urusan yang main-main.
Ketika aku mengatakan bahwa aku menyukaimu, kau bilang kau juga menyukaiku, hanya saja saat ini waktunya sedang tak tepat. Waktu. Saat itu waktulah yang menjadi tanda tanya terbesar dalam kepalaku. Ada apa dengan waktu? Ada apa dengan mencintaimu? Namun kini seiring berjalannya waktu kini aku mengerti..
Dear AF, ingatkah kau malam itu? Makan malam yang kemudian dilanjutkan dengan karaoke.. Mulai dari lagu Evanescene, Brian Adam, Bruno Mars, Avril Lavigne, Ada Band, Nidji, Boyzone, dan kemudian ditutup dengan lagu Westlife - More Than Words.. Aku masih ingat malam itu, saat kita menyanyikan lagu-lagu romantis, saat aku sadar kau yang saat itu duduk di sebelahku sedang menatapku dan tersenyum. Aku saat itu hanya membalas senyumanmu sambil bernyanyi dan menatap ke layar TV, pura-pura melihat lirik lagu yang sebenarnya sudah kuhafal. Tahukah kamu? Kamu selalu punya tatapan yang mampu meluluhkanku.. Dan aku, saat itu pura-pura untuk melihat ke arah yang lain sambil menata debaran jantungku yang tak karuan..
Sebelum kita keluar dari tempat karaoke, kau menunjukkanku sesuatu. Sesuatu yang kemudian kuketahui sebagai sumber dari kegelisahanmu selama ini.. sesuatu yang menyebabkan kita selama ini tak bisa bersama. Kau menjelaskan alasan-alasanmu. Aku mengerti. Aku sangat berterima kasih atas kejujuranmu malam itu.
Dear AF..
Tahukah kamu, malam itu aku merasa menjadi wanita yang paling beruntung di dunia ini. Betapa tidak, ternyata orang yang selama ini kucintai, juga memiliki perasaan yang sama terhadapku. Mencintai dan dicintai - bukankah itu merupakan hal yang paling membahagiakan di dunia ini?
Tapi malam itu, aku juga merasa menjadi wanita yang paling menyedihkan di dunia ini ketika kau menyuruhku untuk mencari lelaki lain, menikah dan berbahagia dengannya. Kau katakan, seandainya saja kau bisa, mungkin sudah sejak dulu kita bersama. Mencintai, dicintai, tapi tak dipilih.. menyedihkan, bukan?
Dear AF..
Bagaimana aku bisa berbahagia dengan lelaki lain, jika jawaban dari kebahagiaan itu adalah kamu? Aku bukan wanita yang bisa dengan mudah jatuh cinta dengan orang lain. Selama setahun lebih ini, dalam ketidakjelasan kita ini, hanya kamu, kamu, dan kamu yang ada dalam pikiranku dan hatiku. Jangan kau pikir aku tak pernah mencoba. Aku pernah beberapa kali mencoba untuk move on darimu, pernah beberapa kali dekat dengan beberapa pria, namun aku selalu gagal, gagal, dan gagal. Aku tak bisa membohongi diriku sendiri dengan berpura-pura memiliki rasa dengan orang lain, sementara seluruh hatiku telah terpaut padamu.
Dear AF,
Jika kau bertanya kenapa aku mencintaimu, entahlah.. aku pun tak tahu alasannya. Aku tak pernah mencintai seseorang sedalam ini. Kita telah saling mengenal sejak kita masih kecil, sejak kita belum mengerti apa itu cinta, apa itu memiliki rasa.. Yang aku tahu, saat ini aku mencintaimu. Aku tahu kebaikan-kebaikanmu. Aku juga tahu jelek-jeleknya kamu, norak-noraknya kamu.. tapi aku tetap suka. Bagiku, kau adalah sosok tanpa cela. Aku mencintaimu tanpa aku tahu mengapa..Bukankah cinta yang tulus itu adalah cinta yang tanpa alasan?
Dear AF,
Malam itu, aku berharap waktu berjalan lebih lambat. Aku belum ingin pulang. Aku ingin lebih lama bersamamu. Aku tahu kita tidak pernah bisa memastikan kapan kita akan bertemu lagi. Entah esok, lusa, minggu depan, bulan depan, atau mungkin berbulan-bulan kemudian. Aku ingin lebih lama bersamamu, walaupun saat itu angin malam lebih dingin dari biasanya. Aku ingin sekali memelukmu, namun hatiku begitu kacau.. begitu banyak rasa yang bergemuruh di hati dan tanya yang bersahut-sahutan dalam kepalaku. Dan ketika perjalanan kita berakhir di depan pagar rumahku, aku berharap ini bukanlah yang terakhir kalinya.
Sesampainya aku di kamar, aku membeku selama lebih dari 30 menit. Setelah tersadar, langsung aku berwudhu, menunaikan beberapa rakaat sembari ingin mengadu kepada-Nya yang telah menciptakan rasa ini. Saat itu, aku menangis sejadi-jadinya, segila-gilanya.. Tuhan, mengapa ini begitu kejam? Mengapa di saat aku tahu ternyata selama ini ia memiliki perasaan yang sama denganku, di saat itu pula ia mau aku melepaskannya, melupakannya.. Tuhan, Kau pasti tahu lah betapa aku mencintainya. Kau pasti tahu tentang nama yang selalu ku selipkan dalam setiap munajatku pada-Mu, dalam setiap malam-malamku.. Si pemilik nama yang selalu kumohonkan penjagaan-Mu atas kesehatannya, keselamatannya, dan kebahagiaannya setiap kali aku merindukannya. Terkadang dia memang menyebalkan, namun itu tidak sedikitpun mengurangi perasaanku padanya. Aku tidak pernyah mencintai lelaki manapun sedalam ini, Tuhan.. Aku cuma mau dia.. cuma dia!
Malam itu, aku menangis sampai dadaku sesak dan kedua mataku sembab. Dan setelah itu, kau kembali berubah menjadi sosok yang menyebalkan seperti biasanya.
Dear AF,
Ingatkah pagi itu, perjumpaan kedua kita setelah malam itu..Kau berbaring, kepalamu berada di atas pahaku, aku membelai rambutmu, dan kau memejamkan matamu.. Tak lama kemudian, ada kepalaku yang bersandar di bahumu, ada kau yang membelai rambutku, ada kita yang tak berjarak, ada kita yang saling menatap, ada kita yang saling memperjelas perasaan kita masing-masing. Ada kehangatan, keindahan, dan kebahagiaan yang tak mampu kudefinisikan.
Namun kemudian, kau memintaku untuk melepaskanmu, melupakanmu.. Aku akan pergi melanjutkan studi dan akan kembali 2 tahun kemudian, dan kau akan melakukan sesuatu selama 8-10 tahun. Kau tak mau aku menunggu, begitu katamu.
"Aku tak bisa! Aku tak bisa meninggalkanmu!"
"Kamu pasti bisa, Sil! Nanti kamu akan bertemu dengan orang-orang baru. Kau pasti bisa melupakan aku. Pasti bisa!" begitu kau coba meyakinkanku.
"Pasti bisa, Sil. Kamu pasti bisa. Tahun ini usia kita 24 tahun. 10 tahun lagi kita akan 34 tahun. Aku tak mungkin membiarkanmu menunggu selama itu. Aku tunggu undangan dari kamu, ya!"
Dadaku serasa ditusuk ratusan sembilu. Menikah dengan orang lain? Tidak, tidak pernah terpikir olehku. Ini bukan hanya tentang tidak bisa move on darimu, tapi juga tentang aku yang TIDAK MAU move on darimu. Aku cuma mau kamu. AKU CUMA MAU KAMU! CUMA MAU SAMA KAMU!
"Apakah ada kemungkinan untuk kita menikah?" tanyaku.
"Kita bisa saja menikah, tapi, apa kamu sanggup menjalani hidup bersamaku? Sekalipun kita menikah, kita akan jarang bertemu. Nanti kalau kita punya anak, tak terurus. Apakah kamu sanggup?" tanyamu.
Aku mengangguk. Aku sanggup.
"Tidak. Ini berat. Kamu tidak akan sanggup, Sil," ujarmu.
"AF, kenapa kita tidak menikah saja?" tanyaku.
"Seandainya aku bisa, sudah dari dulu aku melamarmu, Sil." jawabmu.
"Tapi aku maunya sama kamu, AF.."
"Aku nunggu undangan dari kamu aja, ya, Sil.. Atau kamu mau nunggu undangan dari aku?" tanyamu.
Aku tertegun. Terkejut.
"Jika suatu saat nanti kamu mendapati undanganku, ada namaku dengan wanita lain yang berasal dari daerah lain, ketahuilah, itu bukan atas kemauanku. Itu adalah bagian dari sesuatu."
Aku menatapmu dalam-dalam. Aku tak rela jika kita harus berakhir seperti itu. Kau terlihat menahan diri agar air matamu tak tumpah di hadapanku. Begitupun aku, berusaha sekuat tenaga agar tidak menangis di hadapanmu.
Dear AF,
Mengapa kita mencintai, lalu kemudian melepaskan?
Mengapa kita menyerah sebelum mencoba?
Dear AF..
Aku mengerti bahwa kita mungkin tidak seperti pasangan-pasangan lainnya..
Tapi sebenarnya, tak banyak pintaku
Aku hanya ingin jadi perempuan yang berfoto selfie denganmu sambil memamerkan buku nikah yang baru saja kita tandatangani bersama..
Aku ingin jadi perempuan yang halal kau kecupi keningnya, bibirnya..
Aku ingin jadi perempuan yang berbaring di ranjang yang sama denganmu, membangunkanmu di pagi hari, menyiapkan sarapan, membuatkan bekal untukmu..
Aku ingin jadi perempuan yang mendengarkan semua yang kaulakukan sepanjang hari. Bagaimana pekerjaanmu hari ini, apa saja kebahagiaan-kebahagiaan yang kau alami, apakah ada yang mengesalkanmu, apa yang membuatmu tersenyum hari ini.
Aku ingin jadi perempuan yang berbicara kepadamu tentang apa saja..
yang akan selalu menggenggam erat tanganmu hingga tangan itu menua..
yang akan selalu menatap matamu dengan binar-binar cinta, dan kelak menjadi perempuan yang menghapus air matamu..
Aku ingin jadi perempuan yang mencintaimu di kala sulit.
Menemanimu saat sakit.
Bertahan saat kau jatuh.
Menenangkanmu saat kau bersedih.
Bersabar saat kau marah.
Setia saat kita terpisah jarak.
Aku ingin jadi perempuan yang akan selalu menerima kejelekanmu.
Menghapus air matamu yang terus-terusan jatuh.
Tertawa di saat leluconmu mulai membosankan.
Memelukmu walau tubuhmu tak sekuat dulu lagi.
Membopongmu jika kau sudah tak kuat berjalan.
Bicara keras saat kau sudah tak mampu mendengar..
Dear AF..
Jika kau membaca tulisan ini
aku ingin kau tahu bahwa
Aku mencintaimu BUKAN karena apa yang kau miliki saat ini..
Aku bukanlah wanita yang sempurna..
Begitu juga denganmu
Namun bagiku, kau adalah ketidaksempurnaan yang selalu sempurna di mataku.
Dear AF,
Mengapa tak kita coba terlebih dahulu?
Dari perempuan yang tidak akan pernah menyerah,
S. A. N.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar