tadi pagi, sebelum masuk, beberapa orang temanku bercerita dengan antusias terkait short course di luar negeri selama 2 bulan..
aku kurang tertarik.. aku bilang ke mereka: "bagiku, itu buang-buang waktu, dan ga enak banget kalo mesti ngulang2 mata kuliah lagi.."
kemudian salah satu dari mereka bilang: "tapi kan kalo udah ikut itu pengalaman kita banyak.. untuk ke depannya kita butuh banyak pengalaman."
"iya, banyak memang.. tapi ketika ngulang, kita harus bayar SPP lagi, dan membuang waktu. aku tidak suka mengulang.. aku tidak suka buang2 waktu. aku mau selesai kuliah tepat waktu."
"tapi pengalaman yang akan kita dapatkan itu lebih dari sekedar nilai SPP kita yang 2.310.000 itu.."
kemudian seorang teman menengahi "mungkin kita punya persepsi yang berbeda2.."
iya, kita punya persepsi yang berbeda....
seandainya Ayah saya masih hidup, mungkin apa yang saya pikirkan masih sama dengan apa yang kalian pikirkan, masih seputar ke-"aku"-an..
apa yg nyaman menurut "aku",
apa yang baik untuk "aku",
dan hal lain yang bersifat ke-"aku"-an...
tapi........
sejak detik pertama beliau pergi, ada rencana hidup yang harus aku ubah..
aku adalah anak pertama dari tiga bersaudara..
adikku yang kedua kuliah di luar dengan biaya kuliah belasan juta pertahunnya..
adikku yang paling kecil masih kelas 4 SD,
ibuku adalah seorang Ibu Rumah Tangga.
sekarang, aku ga mau jauh-jauh dari keluargaku..
kalau ada apa-apa dengan ibuku, bagaimana?
ibuku pastilah berharap agar aku segera selesai kuliah..
orang tua mana sih yang mau anaknya lama-lama selesain kuliah?
aku memiliki tanggung jawab yang lebih besar dari pada kalian..
aku adalah anak pertama. tumpuan harapan orang tuaku..
tentunya aku harus berpikir lebih jauh,
tidak mementingkan kepentingan diri sendiri, tapi juga kepentingan bersama..
harus mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi...
aku berpikir, jika memang ada rezeki ku untuk "itu",
pastilah akan ALLAH tunjukkan padaku jalannya..
nah, sekarang, coba seandainya kita balik nih posisinya..
kamu ada di posisi aku sekarang ini...
masihkan kamu berpikir tentang ke-'aku'-an?